Berita
Wawasan-Islam
PETUNJUK NABI SAW TENTANG MERAYAKAN HARI RAYA IDUL FITRI
Hari raya adalah saat
berbahagia dan bersuka cita. Kebahagiaan dan kegembiraan kaum mukminin di dunia
adalah karena Tuhannya, yaitu apabila mereka berhasil menyempurnakan ibadahnya
dan memperoleh pahala amalnya dengan kepercayaan terhadap janji-Nya kepada
mereka untuk mendapatkan anugerah dan ampunan-Nya.
Di dunia ini kaum mukminin mempunyai tiga hari Raya: hari Raya yang selalu datang setiap minggu dan dua hari Raya yang masing-masing datang sekali dalam setiap tahun. Adapun hari Raya yang selalu datang tiap minggu adalah hari Jum'at, ia merupakan hari Raya mingguan, terselenggara sebagai pelengkap (penyempurna) bagi shalat wajib lima kali yang merupakan rukun utama agama islam setelah dua kalimat syahadat.
Di dunia ini kaum mukminin mempunyai tiga hari Raya: hari Raya yang selalu datang setiap minggu dan dua hari Raya yang masing-masing datang sekali dalam setiap tahun. Adapun hari Raya yang selalu datang tiap minggu adalah hari Jum'at, ia merupakan hari Raya mingguan, terselenggara sebagai pelengkap (penyempurna) bagi shalat wajib lima kali yang merupakan rukun utama agama islam setelah dua kalimat syahadat.
Ketika Nabi shallallahu
alaihi wasallam tiba di Madinah, kaum Anshar memiliki dua hari istimewa, mereka
bermain-main di dalamnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Allah
telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, (yaitu) 'Idul
fitri dan 'Idul Adha (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i dengan sanad hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa
menampakkan rasa suka cita di hari Raya adalah sunnah dan disyari'atkan. Maka
diperkenankan memperluas hari Raya tersebut secara menyeluruh kepada segenap kerabat
dengan berbagai hal yang tidak diharamkan yang bisa mendatangkan kesegaran
badan dan melegakan jiwa, tetapi tidak menjadikannya lupa untuk ta'at kepada
Allah.
Pada saat hari Raya 'Idul
Fitri, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengenakan pakaian terbaiknya dan
makan kurma -dengan bilangan ganjil tiga, lima atau tujuh- sebelum pergi
melaksanakan shalat 'Id. Tetapi pada 'Idul Adha beliau tidak makan terlebih
dahulu sampai beliau pulang, setelah itu baru memakan sebagian daging binatang
sembelihannya.
Beliau mengakhirkan shalat
'Idul Fitri agar kaum muslimin memiliki kesempatan untuk membagikan zakat
fitrahnya, dan mempercepat pelaksanaan shalat 'Idul Adha supaya kaum muslimin
bisa segera menyembelih binatang kurbannya.
Mengenai hal tersebut, Allah
Ta 'ala berfirman : "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berkorbanlah" (Al Kautsar: 2).
Ibnu Umar, sungguh dalam
mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak keluar untuk shalat
'Id kecuali setelah terbit matahari, dan dari rumah sampai ke tempat shalat
beliau senantiasa bertakbir.
Nabi shallallahu blaihi
wasallam melaksanakan shalat' Id terlebih dahulu baru berkhutbah, dan beliau
shalat dua raka'at· Pada rakaat pertama beliau bertakbir 7 kali berturut-turut
dengan Takbiratul Ihram, dan berhenti sebentar di antara tiap takbir. Beliau
tidak mengajarkan dzikir tertentu yang dibaca saat itu. Hanya saja ada riwayat
dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, ia berkata : "Dia membaca hamdalah dan
memuji Allah Ta 'ala serta membaca shalawat.
Dan diriwayatkan bahwa Ibnu
Umar mengangkat kedua tangannya pada setiap bertakbir.
Sedangkan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam setelah bertakbir membaca surat Al-Fatihah dan "Qaf"
pada raka'at pertama serta surat "Al-Qamar" di raka'at kedua.
Kadang-kadang beliau membaca surat "Al-A'la" pada raka'at pertama dan "Al-Ghasyiyah" pada raka'at kedua. Kemudian beliau bertakbir lalu ruku' dilanjutkan takbir 5 kali pada raka'at kedua lain membaca Al-Fatihah dan surat. Setelah selesai beliau menghadap ke arah jamaah, sedang mereka tetap duduk di shaf masing-masing, lalu beliau menyampaikan khutbah yang berisi wejangan, anjuran dan larangan.
Beliau (Nabi shallallahu wasalam) selalu melalui jalan
yang berbeda ketika berangkat dan pulang (dari shalat) 'Id.' Juga Beliau selalu mandi
sebelum shalat 'Id.
Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam senantiasa memulai setiap khutbahnya dengan hamdalah, dan
bersabda : "Setiap perkara yang tidak dimulai dengan hamdalah, maka ia
terputus (dari berkah)." (HR.Ahmad dan lainnya).
Dari Ibnu Abbas radhiallahu
'anhuma, ia berkata : "Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menunaikan shalat 'Id dua raka'at tanpa disertai shalat yang lain baik
sebelumnya ataupun sesudahnya." (HR. Al Bukhari dan Muslim dan yang
lain).
Hadits ini menunjukkan bahwa shalat 'Id itu hanya dua raka'at, demikian pula mengisyaratkan tidak disyari'atkan shalat sunnah yang lain, baik sebelum atau sesudahnya. Allah Mahatahu segala sesuatu, shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, seluruh anggota keluarga dan segenap sahabatnya.
Adapun kebiasaan yang dilakukan
kebanyakan orang di saat hari Raya dengan berduyun-duyun pergi memenuhi
berbagai tempat hiburan dan permainan adalah tidak dibenarkan, karena hal itu
tidak sesuai dengan yang disyari'atkan bagi mereka seperti melakukan dzikir
kepada Allah. Hari Raya tidak identik dengan hiburan, permainan dan
penghambur-hamburan (harta), tetapi hari Raya adalah untuk berdzikir kepada
Allah dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Makanya Allah gantikan bagi umat
ini dua buah hari Raya yang sarat dengan hiburan dan permainan dengan dua buah
Hari Raya yang penuh dzikir, syukur dan ampunan.
Dikutip dari Tuntunan Ibadah
Di Bulan Ramadhan karya Syaikh Muhammad
Ibn Jaarullah Al Jaarullah
Terimakasih infonya, kunjungi juga website kami
ReplyDeletehttp://bit.ly/31mkO9S