Berita
materi kepsek
ukg
MEMAHAMI TIK DALAM PEMBELAJARAN SEBAGAI SALAH SATU KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH
Dalam dua dasawarsa terakhir ini, Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) mengalami perkembangan yang
amat pesat dan
secara fundamental telah membawa
perubahan yang signifikan
dalam percepatan dan inovasi
penyelenggaraan pendidikan di berbagai negara. Bahkan terdapat tekanan
TIK yang sangat besar terhadap sistem pendidikan secara
global karena: (i)
teknologi yang berkembang menyediakan kesempatan yang sangat besar untuk
mengembangkan manajemen pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah, (ii) hasil
belajar siswa yang spesifik dapat diidentifikasi dengan pemanfaatan
teknologi baru tersebut, dan (iii) TIK memiliki potensi yang
sangat besar untuk mentransformasikan seluruh aspek di dalam pendidikan di
sekolah dan memanfaatkan
A. Pengertian TIK
A. Pengertian TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek,
yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi mencakup
segala hal yang berkaitan dengan penggunaan
alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, penguasaan TIK berarti kemampuan
memahami dan menggunakan alat TIK secara umum termasuk komputer ( Computer
literate) dan memahami informasi
( Information literate ).
Tinio
mendefenisikan TIK sebagai
seperangkat alat yang digunakan
untuk berkomunikasi dan menciptakan, mendiseminasikan, menyimpan,
dan mengelola informasi. Teknologi
yang dimaksud termasuk komputer,
internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi), dan telepon. UNESCO (2004) mendefenisikan
bahwa TIK adalah teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mengelola
dan mendistribusikan informasi. Defenisi umum
TIK adalah computer,
internet, telepon, televise,
radio, dan peralatan audiovisual.
B. Model Pengembangan TIK dalam Pendidikan
Sejarah
pemanfaatan TIK dalam
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
perkembangan prangkat keras TIK, khususnya komputer. Teemu
Leinonen (2005) membagi
perkembangan tersebut kedalam 5 fase.
Fase pertama (akhir 1970an – awal 1980an) adalah fase
programming, drill and practice. Fase ini ditandai dengan penggunaan
perangkat lunak komputer yang menyajikan latiha-latihan
praktis dan singkat, khususnya untuk mata pelajaran matematika dan bahasa.
Latihan-latihan ini hanya dapat menstimulasi memori jangka pendek.
Fase kedua (akhir 1980an – awal 1990an) adalah fase computer based training (CBT) with multimedia
(latihan berbasis komputer dengan multimedia). Fase ini adalah era keemasan CD-ROM dan
komputer multimedia. Penggunaan CD-ROM dan komputer multimedia ini
diharapkan memberikan dampak signifikan
terhadap proses pembelajaran,
karena kemampuannya menyajikan kombinasi
teks, gambar, animasi,
dan video. Konsep pedagogis
yang mendasari kombinasi kemampuan ini adalah bahwa manusia
memiliki perbedaan. Sebagian bias
belajar dengan baik kalau mempergunakan indra penglihatan,
seperti menonton filem/animasi, sebagian lainnya mungkin lebih baik kalau
mendengarkan atau membaca.
Fase ketiga (awal 1990an) adalah fase Internet-based training (IBT) (latihan berbasis internet. Pada fase ini,
internet digunakan sebagai media pembelajaran. Hanya saja,
pada saat itu,
masih terbatas pada penyajian teks dan gambar. Penggunaan
animasi, video dan audio masih sebatas ujicoba, sehingga dirasakan
pemanfaatannya belum maksimal untuk dapat
menfasilitasi pembelajaran.
Fase keempat (akhir
1990an – awal 2000an) adalah fase e-learning yang merupakan
fase kematangan pembelajaran berbasis internet.
Sejak itu situs
web yang menawarkan e-learning
semakin bertambah, baik berupa tawaran kursus dalam bentuk e-learning maupun
paket LMS (learning management system ). Bahkan saat ini sudah cukup banyak
paket seperti itu ditawarkan secara gratis dalam bentuk open source. Konsep
pedagogik yang mendasari adalah bahwa pembelajaran membutuhkan interaksi sosial
antara siswa dan siswa dan antara siswa dan guru. Dengan perangkat lunak LMS,
siswa dapat bertanya kepada temannya atau kepada guru apabila dia tidak memahami
materi yang telah dibacanya.
Fase kelima (akhir 2000) adalah fase social software + free and open content. Fase
ini ditandai dengan banyaknya bermunculan
perangkat lunak pembelajaran
dan konten pembelajaran gratis yang mudah diakses baik oleh
guru maupun siswa,
yang selanjutnya dapat diedit
dan dimanipulasi sesuai
dengan kebutuhan. Konsep pedagogik yang mendasari fase ini adalah teori
kontstruktivis sosial. Dalam konteks ini, pembelajaran melalui komputer terjadi
tidak hanya menerima materi dari internet saja misalnya, tapi dimungkinkan
dengan membagi gagasan dan pendapat.
Peranan TIK dalam pendidikan yang diuaraikan di atas mengisyaratkan bahwa pengembangan TIK untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah sesuatu yang mutlak. Dalam Renstra Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, program pengembangan TIK bidang pendidikan akan dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap pertama meliputi (a) merancang sistem jaringan
yang mencakup jaringan internet, yang menghubungkan sekolah-sekolah dengan
pusat data dan aplikasi, serta jaringan internet sebagai sarana dan media
komunikasi dan informasi di sekolah, (b) merancang dan membuat aplikasi database,
(c) merancang dan membuat aplikasi manajemen
untuk pengelolaan pendidikan
di pusat, daerah, dan sekolah, dan (d) merancang dan membuat
aplikasi pembelajaran berbasis web, multimedia, dan interaktif.
2. Tahap kedua meliputi (a) melakukan
implementasi sistem pada sekolah-sekolah di Indonesia yang meliputi pengadaan
sarana/prasarana TIK dan pelatihan tenaga pelaksana dan guru dan (b) merancang
dan membuat aplikasi pembelajaran.
3.
Tahap ketiga dan
keempat adalah tahap memperluas implementasi
sistem di sekolah-sekolah.
Penelitian tentang pengembangan TIK di negara-negara maju dan
sedang berkembang menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada empat pendekatan mengenai
pemanfaatan TIK oleh sistem pendidikan dan sekolah. Keempat pendekatan ini
merupakan tahapan kontinum, yang oleh UNESCO diistilahkan dengan pendekatan
emerging, applying, infusing, dan transforming.
Pendekatan Emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh
sekolah pada tahap
permulaan. Pada pendekatan ini,
sekolah baru memulai membeli atau membiayai infrastruktur TIK, baik berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak. Kemampuan TIK guru-guru dan
staf administrasi sekolah
masih berada pada tahap memulai eksplorasi penggunaan TIK untuk tujuan
manajemen dan menambahkan TIK pada kurikulum. Pada tahap ini sekolah masih menerapkan sistem
pembelajaran konvensional, akan
tetapi sudah ada kepedulian tentang bagaimana pentingnya penggunaan TIK
tersebut dalam konteks pendidikan.
Pendekatan
Applying dicirikan dengan
sudah adanya pemahaman tentang kontribusi dan upaya menerapkan TIK dalam
konteks manajemen sekolah dan
pembelajaran. Para tenaga
pendidik dan kependidikan telah
menggunakan TIK untuk tugas-tugas yang berkaitan d engan manajemen sekolah dan
tugas-tugas berdasarkan kurikulum. Sekolah juga
sudah mencoba mengadaptasi
kurikulum agar dapat lebih banyak menggunakan TIK dalam berbagai mata
pelajaran dengan piranti lunak yang tertentu.
Pendekatan
Infusing menuntut adanya
upaya untuk mengintegrasikan dan memasukkan TIK ke dalam kurikulum.
Pada pendekatan ini,
sekolah telah menerapkan teknologi
berbasis komputer di laboratorium,
kelas, dan bagian
administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode
baru di mana TIK mengubah pro duktivitas dan pekerjaan profesional mereka.
Pendekatan
Transforming dicirikan dengan adanya upaya sekolah untuk
merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih kreatif.
TIK menjadi bagian integral dengan kegiatan pribadi dan kegiatan profesional
sehari-hari. Fokus kurikulum
mengacu pada learner-centered (berpusat
pada peserta didik)
dan mengintegrasikan mata pelajaran
dengan dunia nyata. TIK
diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri dengan level profesional dan disesuaikan dengan bidang-bidang
pekerjaan. Sekolah sudah menjadi
pusat pembelajaran untuk
para komunitasnya.
Dalam konteks belajar
mengajar dan kaitannya dengan keempat
pendekatan yang disebutkan sebelumnya, terdapat pula 4 tahap
yang berkaitan dengan bagaimana guru
dan peserta didik mempelajari dan menemukan percaya diri
mereka dalam menggunakan TIK. Keempat tahap tersebut adalah menemukan/mengenali (discovering), belajar bagaimana
(learning how ), mengerti bagaimana dan
kapan (understanding how
and when), dan menjadi
ahli (specializing) dalam penggunaan perangkat TIK.
Sumber: Bahan Pembelajaran Diklat Penyiapan Calon Kepala
Sekolah, Lembaga Pengembangan Dan Pemberdayaan Kepala Sekolah. Surakarta 2011
==================================
trims........................sangat bermanfaat..kali lagi hatur thank yaou......
ReplyDelete