Sejarah Berdirinya Kerajaan
Tarumanegara dan Bukti Tentang Berdirinya Kerajaan Tarumanegara. Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara.
Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum
yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Ci Tarum. Pada muara
Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan
Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.
Sejarah Berdirinya
Kerajaan Tarumanegara. Satu-satunya sumber sejarah yang secara lengkap membahas mengenai Kerajaan
Tarumanagara adalah Naskah Wangsakerta. Naskah Wangsakerta tersebut masih
menjadi perdebatan diantara para sejarawan mengenai keaslian isinya.
Menurut Naskah Wangsakerta, Kerajaan Terumanegara dibangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara.
Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin
sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja
sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah
mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu
terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya
sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?
Menurut Naskah Wangsakerta, Kerajaan Terumanegara dibangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun
358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di
Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil
dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan
pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat
ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk pengawet
kain, tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan devisa pemasukan
terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman
berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja mencapai usia lanjut, raja
mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan kepanditaan. Sebagai pertapa,
Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan gelar raja menjadi Maharesi
Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara
banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak satupun yang memakai angka
tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli berusaha
mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia-sia. Setelahnya ke Cina untuk mempelajari
hubungan Cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah-naskah
hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut
catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 528 M,
538 M, 665 M, 666M. sehingga dapat disimpulkan Tarumanegara berdiri sejak
sekitar abad ke V dan ke VI.
Masa kejayaan
Tarumanegara diperkirakan berada pada tahun 395-434, saat diperintah oleh
Purnawarman. Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397. Ibukota ini letaknya
lebih dekat ke pantai dan terkenal dengan nama Sundapura.
Di bawah kekuasaan
Purnawarman terdapat 48 kerajaan daerah di bawah Tarumanegara. Wilayahnya
terletak mulai dari sekitar Pandeglang (Rajatapura) hingga Purwalingga
(diduga inilah asal usul nama kota Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara umum
wilayah kekuasaan meliputi hampir seluruh Jawa Barat; dari Banten, Jakarta,
Bogor dan Cirebon.
Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan
keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti
Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula
pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162)
menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang
membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang)
sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional
Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa
Barat pada masa silam.
Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Pada masa Suryawarman berkuasa lebih banyak lagi kerajaan daerah yang dibangun. Pada tahun 526 misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan Kendan, yang terletak di kawasan Nagreg, wilayah perbatasan Bandung-Garut sekarang. Lalu pada masa Kertawarman (561-628) berdiri pula Kerajaan Galuh
Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda
dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibu kota Sundapura telah berubah
status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan
Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari
kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh
Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat
pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka
Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri
Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi
dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang
dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang
memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus
pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian
timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan
kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut.
Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibu kota Tarumangara dan
kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah
timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh
dalam tahun 612 M.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada
tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya,
Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama
Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana
menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara
otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri
sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa,
karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya
sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas
pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan
memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Berikut ini Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669
Bukti Tentang Berdirinya Kerajaan
Tarumanegara
Walaupun hanya sedikit yang dapat diketahu tentang Kerajaan Tarumanegara,
tetapi Bukti Tentang Berdirinya Kerajaan
Tarumanegara ini yang bisa disaksikan sampai sekarang. Sumber-sumber
sejarah dari dalam negeri adalah penemuan prasasti diberbagai tempat yang
diperkirakan wilayah Kerajaan
Tarumanegara. Dari luar negeri catatan sumber Kerajaan Tarumanegara berasal
dari catatan negeri cina.
Prasasti Ciateureun
Prasasti ini ditemukan di sungai Ciateureun salah satu muara sungai
Cisadane Bogor. Prasasti ini juga dikenal dengan sebutan Prasasti Ciampea yang
ditemukan dengan huruf pallawa dan sansekerta. Terdiri dari 4 baris dalam
bentuk sloka dengan metrun anustubh. DI prasasti ini juga ditemukan gambar seekor
laba-laba dan telapak kaki Maharaja Purnawarman.
Prasasti Jambu
Prasasti ini juga disebut Prasasti Pasir Koleangkak karena di temukan di
bukit Koleangkak di perkebunan jambu. Tepatnya 30 km sebelah barat kota Bogor.
Isinya tertulis memuji kebesaran Raja Purnawarman beserta gambar telapak kaki.
Prasasti Kebon Kopi
Ditemukan di Kampung Cibungbulan Bogor tepatnya di Kampung Muara Hilir.
Istimewanya prasasti ini karena terdapat sepasang tapak kaki gajah. Tapak kaki
gajah ini digambarkan sebagai tapak kaki Maharaj Purnawarman. Gajah adalah
hewan yang disakralkan dan dekat dengan Dewa Wisnu yang konon diibaratkan
adalah pencitraan Maharaj Purnawarman
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang
belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
Prasasti Pasir Alwi
Prasasti ini ditemukan diperbukitan Pasir Alwi Bojong Honje Sukamakmur
Bogor
Prasasti Cidanghayang
Prasastini ini juga dikenal oleh masyarakat lokal sebagai prasasti Lebak,
ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul
kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi
2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi
prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
Prasasti Tugu
Prasasti ini adalah prasasti terpanjang sepanjang ditemukan mengenai
Kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini ditemukan di Tugu, Kecamatan Cilincing
Jakarta Utara. Dioahat pada batu bulat panjang melingkar.
Kehidupan Masyarakat Tarumanegara
1. Kehidupan Sosial
Masyarakat
Kerajaan Tarumanegara sudah menanamkan sikap gotong royong, berdasarkan isi
dari prasasti Tugu. Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi,
hal ini terlihat dari upaya Raja Purnawarman untuk terus meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Beliau sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana
yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang
dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Pengkastaan
di Kerajaan Tarumanegara tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kerajaan Kutai.
Golongan brahmana bertugas mengatur tugas keagamaan. Kaum kesatria merupakan
golongan bangsawan (raja dan kerabat). Sedangkan golongan biasa meliputi para
petani, peternak, pemburu, pelaut dan nelayan.
2. Kehidupan Ekonomi
Masyarakat
Tarumanegara mengutamakan bidang pertanian sebagai sumber mata pencaharian
mereka. Mereka berladang secara berpindah-pindah. Selain itu, bidang pelayaran
dan perdagangan tidak kalah penting dalam perekonomian Tarumanegara.
Dalam
prasasti Tugu, dinyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk
membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Terusan ini (Gomati dan
Candrabhaga) dibangun oleh golongan budak dan kaum sudra. Pada akhirnya terusan
ini selain berfungsi sebagai sarana pencegah banjir, juga berfungsi sebagai
sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di Kerajaan Tarumanegara
dengan daerah lain di luar kerajaan. Berdasarkan catatan Fa-Hien, seorang
musafir Cina, masyarakat Tarumanegara memperdagangkan beras dan kayu jati.
3. Kehidupan Politik
Sumber
sejarah politik dan pemerintahan Kerajaan Tarumanegara kurang jelas. Meskipun
demikian, catatan dari Fa-Hien (sejarawan) mengatakan Tarumanegara mampu menciptakan
stabilitas politik di wilayahnya. Kondisi itu dibuktikan dari laporannya
tentang cukup majunya perekonomian kerajaan tersebut. Kuatnya pemerintahan
dibuktikan oleh informasi prasasti mengenai proyek penggalian saluran Gomati
dan sungai Candrabhaga. Proyek itu membutuhkan tenaga manusia yang cukup besar,
sehingga mungkin terselenggara oleh pemerintahan yang berwibawa, yang
kekuasaanya diakui rakyatnya. Karena merupakan kerajaan, kekuasaan raja
bersifat mutlak. Hal itu tergambar dari pengakuan Raja Purnawarman sebagai
jelmaan Dewa Wisnu.
4. Kehidupan Agama
Kepercayaan
yang dianut warga di dalam Kerajaan Tarumanegara yaitu Hindu, tepatnya Hindu
Wisnu. Sebagai bukti, pada prasasti Ciareteun ada tapak kaki raja yang
diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu. Sedangkan agama yang dianut warga di luar
kerajaan ada beberapa. Seperti yang dinyatakan oleh Fa-Hien, dalam bukunya yang
berjudul Fa Kao Chi, menceritakan bahwa saat mengunjungi Jawadwipa, dia hanya
menjumpai sedikit orang beragama Buddha.
Kebanyakan masyarakat menganut kepercayaan Hindu dan “beragama kotor”
(maksudnya animisme).
Sejarah Penyebab Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Pada tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih
menjadi istri Tarusbawa dari Kerajaan Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana
menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara
otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri
sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan
Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa. Ia memilih
mengembangkan Kerajaan Sunda yang sebelumnya merupakan kerajaan daerah yang
berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Kerajaan
Sunda ini, kerajaan lain bernama Kerajaan Galuh memutuskan untuk berpisah dari
Kerajaan Sunda. Akhirnya wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi
dua, sehingga kekuatan kerajaan Tarumanagara menjadi lemah.
Tahun 686 Kerajaan
Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang Salendra, yaitu raja Sriwijaya
dari Kedah. Dalam prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di dekat Palembang
mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama dengan 683 Masehi, menerangkan tentang
perjalanan penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari
Minangatamwan dengan armada berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa
daerah sehingga menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di
Sumatra (Suwarna Dwipa). Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk
pusat ziarah umat beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan Sriwijaya
pada tahun 670 M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang, maka kekuatan
armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga dengan mudah memperluas kekuasaannya
di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara.
Demikian materu pembelajaran tentang Sejarah
Berdirinya Kerajaan Tarumanegara dan Bukti Tentang Berdirinya Kerajaan
Tarumanegara. Semoga dapat menambah wawasan kamu.