PENGARUH INTERAKSI SOSIAL DALAM RUANG YANG BERBEDA

Pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda


Apa Pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan? Untuk memahaminya mari kita pahami dulu apa itu konsep interaksi sosial dan konsep ruang dan Pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda.


Konsep Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi sosial terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. Interaksi sosial dapat terjadi jika ada kontak sosial dan komunikasi. Kelley dkk. 2014) mendefinisikan "hubungan" sebagai sesuatu yang terjadi apabila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, dan bila terjadi yang satu mempengaruhi yang lain. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.


Syarat Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat (Sukanto, 2005) yaitu: adanya kontak sosial, dan adanya komunikasi. Kontak Sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.


Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk (Soekanto, 2005) yaitu sebagai berikut : a) Antara orang perorangan, kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota. b) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakna bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat. c) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk mengalahkan partai politik lainnya. Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontal sosial positif dan kontak sosial negative. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negative mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Selain itu kontak sosial juga memiliki sifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara.


Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui olek kelompok lain aatau orang lain. Hal ini kemudain merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.


Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan pertikaian yangterjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau mengalah.

 

Bentuk Interaksi Sosial

a. Kerja Sama (Cooperation)

Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

 

Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja srta balas jasa yang akan diterima.

 

Dalam perkembangan selanjutnya, keahliankeahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, agar rencana kerja samanya dapat terleksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group-nya). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang.

 

Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.

 

b. Akomodasi (Accomodation)

Pengertian Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

 

Menurut Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan Gillian dari buku mereka Cultural Sociology akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

 

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

 

c. Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usahausaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

 

Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional, dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama. Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

 

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:

1. Toleransi

2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi

3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya

4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat

5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan

6. Perkawinan campur (amalgamation)

7. Adanya musuh bersama di luar

 

Faktor Interaksi Sosial

Kelangsungan interaksi sosial, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan beberapa faktor yang mendasarinya, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu (Bonner, 1995):

a. Faktor Imitasi

Betran (1980) beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya berdasarkan faktor imitasi. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah, peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil. Misalnya bagaimana seorang anak belajar berbicara. Mula-mula ia mengimitasi dirinya sendiri kemudian ia mengimitasi kata-kata orang lain. Ia mengartikan kata-kata juga karena mendengarnya dan mengimitasi penggunaannya dari orang lain. Lebih jauh, tidak hanya berbicara yang merupakan alat komunikasi yang terpenting, tetapi juga cara-cara lainnya untuk menyatakan dirinya dipelajarinya melalui proses imitasi. Misalnya, tingkah laku tertentu, cara memberikan hormat, cara menyatakan terima kasih, cara-cara memberikan isyarat tanpa bicara, dan lain-lain. Selain itu, pada lapangan pendidikan dan perkembangan kepribadian individu, imitasi mempunyai peranannya, sebab mengikuti suatu contoh yang baik itu dapat merangsang perkembangan watak seseorang. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatanperbuatan yang baik.

 

Peranan imitasi dalam interaksi sosialjuga mempunyai segi-segi yang neatif. Yaitu, apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah atau secara moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang meliputi jumlah serba besar. Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan di mana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, seperti yang berlangsung juga pada faktor sugesti.

 

Dengan kata lain, adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupannya. Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti yang diuraikan oleh Betran (1980) melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak.

 

b. Faktor Identifikasi

Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Istilah identifikasi timbul dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Dalam garis besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi dan ia pun mempelajarinya yaitu dengan dua cara utama. Pertama ia mempelajarinya karena didikan orangtuanya yang menghargai tingkah laku wajar yang memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum tingkah laku yang melanggar norma-normanya. Lambat laun anak itu memperoleh pengetahuan mengenai apa yang disebut perbuatan yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak baik melalui didikan dari orangtuanya. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain.

 

Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak dan tidak hanya merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara lahiriah saja, tetapi justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak sadar mengambil alih sikap-sikap orangtua yang diidentifikasinya yang dapat ia pahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah lakunya sejauh kemampuan yang ada pada anak itu. Sebenarnya, manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-norma, sikapsikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacammacam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan.

 

Demikianlah, manusia itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya itu, terutama dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi kehidupannya serba ragam. Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada ikatan antara orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya. Di samping itu, imitasi dapat berlangsung antara orang-orang yang tidak saling kenal, sedangkan orang tempat kita mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu dengan cukup teliti (dengan perasaan) sebelum kita mengidentifikasi diri dengan dia, yang bukan merupakan proses rasional dan sadar, melainkan irasional dan berlangsung di bawah taraf kesadaran kita.

 

c. Faktor Simpati dan Empati

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Akan tetapi, berbeda dengan identifikasi, timbulnua simpati itu merupakan proses yang sadar bagi manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih. Patut ditambahkan bahwa simpati dapat pula berkembang perlahan-lahan di samping simpati yang timbul dengan tiba-tiba. Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan.

 

Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbal-balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama di mana seseorang ingin lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu.

 

Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain itu dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal.

 

Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud kerja sama, identifikasi bermaksud belajar.

 

d. Faktor Sugesti

Sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya; sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi.


Konsep Ruang dalam Ilmu Sosial

Ruang adalah tempat di permukaan bumi, baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian yang digunakan oleh makhluk hidup untuk tinggal. Ruang tidak hanya sebatas udara yang bersentuhan dengan permukaan bumi, tetapi juga lapisan atmosfer terbawah yang memengaruhi permukaan bumi.


Ruang juga mencakup perairan yang ada di permukaan bumi (laut, sungai, dan danau) dan di bawah permukaan bumi (air tanah) sampai kedalaman tertentu. Ruang juga mencakup lapisan tanah dan batuan sampai pada lapisan tertentu yang menjadi sumber daya bagi kehidupan.


Perbedaan karakteristik ruang tersebut menyebabkan adanya interaksi antarsatu ruang dengan lainnya, karena setiap ruang membutuhkan ruang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Contohnya, wilayah pegunungan umumnya merupakan penghasil sayuran, sedangkan daerah pesisir menghasilkan ikan laut. Penduduk daerah pantai membutuhkan sayuran dari daerah pegunungan dan sebaliknya penduduk dari daerah pegunungan membutuhkan ikan dari penduduk daerah pantai. Kedua wilayah kemudian saling berinteraksi melalui aktivitas perdagangan.


Menurut Bintarto (1987) interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku, baik melalui kontak langsung atau tidak langsung. Interaksi melalui kontak langsung terjadi ketika seseorang datang ke tempat tujuan. Interaksi tidak langsung terjadi melalui berbagai cara misalnya dengan membaca berita, melihat tayangan di televisi dan lain-lain.


Ada beberapa kondisi saling bergantung yang diperlukan untuk terjadinya interaksi keruangan yaitu saling melengkapi (complementarity), kesempatan antara (intervening opportunity) dan keadaan dapat diserahkan/dipindahkan (transferability)

 

1) Saling Melengkapi (complementarity atau Regional Complementary)

Kondisi saling melengkapi terjadi jika ada wilayah-wilayah yang berbeda komoditas yang dihasilkannya. Misalnya, wilayah A merupakan penghasil sayuran, sedangkan wilayah B merupakan penghasil ikan. Wilayah A membutuhkan ikan, sedangkan wilayah B membutuhkan sayuran. Jika masing-masing memiliki kelebihan (surplus), maka wilayah A melakukan interaksi dengan wilayah B melalui aktivitas perdagangan atau jual beli.


2) Kesempatan Antara (Intervening Opportunity)

Kesempatan antara merupakan suatu lokasi yang menawarkan alternatif lebih baik sebagai tempat asal maupun tempat tujuan. Jika seseorang akan membeli suatu produk, maka ia akan memperhatikan faktor jarak dan biaya untuk memperoleh produk tersebut. Contohnya, Wilayah A biasanya membeli ikan ke wilayah B, namun kemudian diketahui ada wilayah C yang juga penghasil ikan. Karena Wilayah C jaraknya lebih dekat dan ongkos transportasinya lebih murah, para pembeli ikan dari wilayah A akan beralih membeli ikan ke wilayah C. Akibatnya, interaksi antara wilayah A dengan B melemah.


3) Kemudahan Transfer (Transfer Ability)

Pengangkutan barang atau juga orang memerlukan biaya. Biaya untuk terjadinya interaksi tersebut harus lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Jika biaya tersebut terlalu tinggi dibandingkan dengan keuntungannya, maka interaksi antar ruang tidak akan terjadi. Kemudahan transfer dan biaya yang diperlukan juga sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang menghubungkan daerah asal dan tujuan. Jalan yang rusak dan sulit untuk dicapai akan mengurangi kemungkinan terjadinya interaksi karena biaya untuk mencapainya juga akan lebih mahal. Sebagai contoh, seseorang akan menjual sayuran dari wilayah A ke wilayah B, namun jalan menuju wilayah B mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa dilalui. Akibatnya, orang tersebut tidak jadi menjual sayuran ke wilayah B.

 

Interaksi Sosial Dalam Ruang Yang Berbeda

Apa yang dimaksud interaksi sosial dalam ruang yang berbeda dan Apa Pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan?


Secara sederhana interaksi sosial dalam ruang yang berbeda dapat diartikan sebagai interaksi sosial antar individu atau kelompok masyarakat yang berbeda, seperti interaksi sosial antar individu atau kelompok masyarakat yang sudah maju dengan individu atau kelompok masyarakat yang belum maju, interaksi sosial antar individu atau kelompok masyarakat yang berbeda agama, interaksi sosial antar individu atau kelompok masyarakat yang berbeda mata pencaharian, dan lainnya. Adapun Pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan antara lain terjadinya mobilitas sosial, terjadinya pluralitas, terjadi konflik dan/atau integrasi


Pengaruh Interaksi Sosial terhadap mobilitas sosial

Adanya interaksi sosial berpengaruh terhadap terjadinya mobilitas sosial. Adapun yang dimaksud dengan mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari suatu lapisan ke lapisan lain. atau seseorang yang berubah kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain seperti menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa berubah kedudukan.


Adapun faktor – faktor yang mendorong terjadinya Mobilitas Sosial, antara lain.

         Struktural : Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi-tingginya, misalnya menjadi pengusaha bahkan menjadi menteri atau presiden.

         Individu : Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

         Sosial : Saat dilahirkan, tidak ada satu manusia pun dapat memilih status. Apabila tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.

         Ekonomi : Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial.

         Politik : Indonesia memiliki stabilitas politik yang baik, sehingga para pemimpin dapat menjalankan pembangunan dengan baik.

         Kemudahan Akses Pendidikan : Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia. Sebagian besar masyarakat tidak bisa membaca.


Sedangkan Faktor – faktor yang menghambat Mobilitas Sosial antara lain.

         Kemiskinan : Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah, yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.

         Diskriminasi : Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan bang, suku, ras, agama, golongan. Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia.


Saluran – saluran yang dapat digunakan sebagai sarana Mobilitas Sosial, antara lain

         Pendidikan : merupakan saluran bagi mobilitas vertikal yang sering digunakan. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.

         Organisasi Politik : anggota partai politik yang profesional dan berdedikasi tinggi akan cepat mendapat status yang tinggi dalam partainya hingga akhirnya menjadi anggota dewan legislatif.

         Organisasi Ekonomi : berupa koperasi dan badan usaha. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.

         Organisasi Profesi : himpunan orang-orang yang memiliki profesi yang sama sehingga mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan profesinya.


Dampak positif mobilitas mosial, antara lain: mendorong seseorang agar lebih maju, mempercepat tingkat perubahan sosial, meningkatkan integrasi sosial. Sedangkan Dampak negatif Mobilitas Sosial, antara lain terjadinya konflik dan gangguan psikologis


Pengaruh Interaksi terhadap pluralitas

Interaksi sosial antara ruang yang berbeda, antara masyarakat yang berbeda dapat melahirkan pluratitas. Pluralisme adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar masyarakat yang berbeda-beda dalam suatu komunitas. Dalam bahasa lain kita kenal dengan istilah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.


Pluralitas masyarakat Indonesia adalah kemajemukan masyarakat Indonesia. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai budaya. Keragaman budaya berfungsi mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya.


Pengaruh Interaksi terhadap konflik dan/atau integrasi

Interaksi sosial dapat menyebabkan konflik dan/atau juga integrasi. Konflik dalam kehidupan sosial pada umum merupakan proses sosial yang bersifat antagonistik dan terkadang tidak bisa diserasikan karena dua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda.


Akibat konflik sosial : meningkatnya solidaritas sesama anggota kelompok; retaknya hubungan antarindividu atau kelompok; terjadinya perubahan kepribadian para individu; rusaknya harta benda dan bahkan hilangnya nyawa manusia; terjadinya akomodasi, dominasi, bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian.

 

Integrasi Sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Faktor yang memengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi : Homogenitas kelompok, Besar kecilnya kelompok, Mobilitas geografis, Efektifitas komunikasi.

 

Faktor pendorong terjadinya integrasi sosial, antara lain adanya tolerasnsi terhadap kebudayaan yang berbeda, adanya kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi, adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain, adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa, adanya kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan, adanya perkawinan campur (amalgamasi), adanya musuh bersama dari luar, dan lainnya


Bentuk-bentuk integrasi sosial pada umumnya tyerbagai 3 yakni 1) Integrasi normatif (terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat); 2) Integrasi fungsional (terbentuk sebagai akibat adanya fungsi tertentu dalam masyarakat); 3) Integrasi koersif (integrasi yang dilakukan dengan cara paksaan).

 

Adapun syarat terjadinya integrasi sosial yaitu : 1) anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka; 2) masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai dan norma; 3) Nilai dan norma itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.


Demikian uraian materi tentang Pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan. Semoga ada manfaatnya, terima kasih.



= Baca Juga =



2 comments:

Maaf, Komentar yang disertai Link Aktif akan terhapus oleh sistem