Pengertian
Pembelajaran Tematik, Model Pembelajaran Tematik, Dan Pembelajaran Tematik
Terpadu |
Apa yang dimaksud Pembelajaran Tematik atau Pengertian Pembelajaran Tematik? Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran.Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi.
Pembelajaran
tematik berdasar pada filsafat konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan
yang dimiliki peserta didik merupakan hasil bentukan peserta didik sendiri. Peserta
didik membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan, bukan hasil
bentukan orang lain. Proses pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung secara
terus menerus sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi semakin
lengkap.
Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
(learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta didik.
Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan
proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari
akan membentuk skema, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Selain itu, penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat
membantu peserta didik dalam membentuk pengetahuannya, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya peserta didik yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik).
Pembelajaran
tematik memiliki ciri khas, antara lain:
1.
Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah dasar;
2.
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak
dari minat dan kebutuhan peserta didik;
3.
Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4.
Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik;
5.
Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan
yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya; dan
6.
Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Tujuan
dari pembelajaran tematik adalah;
1.
Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpah tindih materi.
2.
Memudahkan peserta didik untuk melihat hubungan-hubungan yang bermakna
3.
Memudahkan peserta didik untuk memahami materi/konsep secara utuh sehingga
penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Ruang
lingkup pembelajaran tematik di SD meliputi semua KD dari semua mata pelajaran kecuali
agama. Mata pelajaran yang dimaksud adalah: Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika,
IPA, IPS, Penjasorkes dan Seni Budaya dan Prakarya.
Model-model
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik dapat dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran. Forgaty (1991,
61) menyebut sepuluh model, yaitu fragmented, connected, nested, sequenced, shared,
webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Pada tahun 1997, Tim
Pengembang D-II PGSD memilih tiga model untuk dikembangkan yaitu Model Jaring
laba-laba (Spider Webbed) – selanjutnya disebut Jaring, Model Terhubung
(connected), dan Model Terpadu (integrated).
1) Model Pembelajaran
Tematik Jaring Laba-laba
Model
Jaring Laba-laba (Spider Webbed) ini pengembangannya dimulai dengan menentukan
tema. Setelah tema disepakati, jika dirasa perlu, maka dikembangkan menjadi
subtema dengan tetap memperlihatkan keterkaitan antar mata pelajaran lain. Setelah
itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung.
Gambar Model Jaring (webbed) |
Dalam
prosesnya, jika perencanaan tematik ini ada KD yang tidak terakomodasi oleh
tema manapun, maka ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
dua tipe, yaitu tematik hanya berisi satu mata pelajaran dan tematik yang berpusat
pada materi tertentu dalam satu pelajaran. Teknik ini hanya digunakan bagi KD yang
tidak dapat masuk dalam tema dan perlu waktu khusus untuk membelajarkannya. Contoh
matematika dapat dilihat seperti berikut ini:
Gambar: Tematik Hanya Berisi Matematika |
Gambar: Tematik Matematika Berpusat pada Matematika |
Keunggulan model Jaring Laba-laba antara lain faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat peserta didik. Mereka dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan dan memiliki kemudahan untuk lintas semester.
Kelemahan
Model Jaring Laba-laba antara lain kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal
sehingga kurang bermanfaat bagi peserta didik. Selain itu seringkali guru
terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Perlu ada
keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
Model
Jaring Laba-laba ini menggunakan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan beberapa
pelajaran. Tema yang ditetapkan memberi kesempatan kepada guru untuk menemukan konsep,
keterampilan atau sikap yang akan diintegrasikan.
Langkah-langkah
pembelajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan Model Jaring Laba-laba
(Webbed ) :
1.
Menentukan tema (bisa diperoleh dari hasil diskusi antar guru, diskusi dengan
peserta didik atau berdasarkan ketetapan sekolah atau ketentuan yang lain). Tema
ditulis di bagian tengah jaring.
2.
Menentukan tujuan/kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat
dicapai melalui tema yang dipilih. Misalnya, apabila tema cuaca yang dipilih, maka
guru perlu memikirkan apa yang dapat membantu peserta didik dalam tema tersebut
untuk memahami konsep-konsep yang ada. Kompetensi Dasar ini bisa
diletakkan/ditulis di jaring-jaring tema sesuai mata pelajaran yang ditentukan.
3.
Memilih kegiatan awal untuk memperkenalkan tema secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan agar peserta didik memiliki pengetahuan awal yang akan meningkatkan rasa
ingin tahu mereka sehingga peserta didik terdorong untuk mengajukan banyak
pertanyaan terhadap materi yang sedang dibahas. Kegiatan awal yang dapat dilakukan,
misalnya guru membacakan buku tentang cuaca atau mengajak peserta didik untuk menonton
film tentang cuaca.
4.
Mendesain pembelajaran dan kegiatan yang dapat mengkaitkan tema dengan kompetensi
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang ingin dicapai. Contoh kegiatan sepertipeserta
didik ditugaskan untuk mengamati cuaca selama satu minggu, setiap hari peserta didik
mengambil gambar yang sudah disiapkan sesuai dengan keadaan cuaca misalnya cuaca
mendung, cerah atau berawan. Setelah satu minggu berjalan, peserta didik menghitungnya
dan mengambil kesimpulan tentang cuaca dari data yang ada.
5.
Menghubungkan semua kegiatan yang telah dilakukan agar peserta didik dapat melihat
dari berbagai aspek sehingga memperoleh pemahaman yang baik.
6.
Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya, mendatangkan nara sumber untuk memberi informasi
tentang cuaca atau melihat papan pajangan hasil pekerjaan peserta didik untuk dibahas
bersama. Di bawah ini disajikan contoh pajangan hasil karya peserta didik pada
tema cuaca.
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa pada tahun 1997, Tim Pengembang D-II PGSD memilih tiga model untuk dikembangkan Model Jaring laba-laba, Model Terhubung dan Model Terpadu. Kedua model ini juga digunakan guru jika dalam implementasi pembelajaran tematik megalami kesulitan atau kendala dalam mengintegrasikan berbagai kompetensi yang ada.
2) Model Pembelajaran
Tematik Terhubung
Model Terhubung merupakan alternatif jika dalam meng-implementasi-kan Model Jaring Laba-laba, guru mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan beberapa mata pelajaran pada tema yang telah ditentukan. Model ini mengkoneksikan beberapa konsep, beberapa keterampilan, beberapa sikap, atau bahkan gabungan seperti keterampilan dengan sikap atau keterampilan dengan konsep yang terdapat pada mata pelajaran tertentu. Sebagai contoh, ketika guru akan membelajarkan pecahan, guru dapat mengkoneksikan sikap adil yang dikaitkan dengan makna pecahan sebagai bagian dari suatu keseluruhan dan keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang sama, dan juga dikaitkan dengan keterampilan mengerjakan operasi hitung pada pecahan. Pecahan juga berkaitan dengan decimal, persen, dan jual beli. Ketika menjelaskan pengertian pecahan, guru dapat mengkoneksikan konsep pecahan dengan bangun-bangun geometri. Guru sengaja menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, atau tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi, serta menyeimbangkan sikap, ketrampilan dan pengetahuan.
Gambar : Model Keterhubungan (connected) |
Gambaran model keterhubungan ini dapat dilihat pada gambar di atas di mana koneksi dilakukan hanya dalam satu mata pelajaran saja yaitu pada mata pelajaran matematika.
Keunggulan
Model Keterhubungan (connected) antara lain peserta didik dapat memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan peserta
didik diberi kesempatan melakukan pendalaman, peninjauan, perbaikan dan
penyerapan (asimilasi) gagasan secara bertahap.
Kelemahan
Model Keterhubungan (connected) adalah kurang mendorong guru untuk
menghubungkan konsep yang terkait dari berbagai mata pelajaran yang ada karena
terfokus pada keterkaitan konsep yang ada pada mata pelajaran tertentu, sehingga
pembelajaran secara menyeluruh .
Langkah-langkah
pembelajaran dengan Model Terhubung adalah
1.
Menentukan tema atau topik yang akan dibahas dalam satu mata pelajaran,
misalnya bilangan dalam mata pelajaran matematika.
2.
Menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang akan dikoneksikan. Pemilihan
kompetensi yang akan dikoneksikan yang benar-benar dapat dalam mata pelajaran
tersebut.
3) Model Pembelajaran
Tematik Terpadu (Integrated)
Model
Terpadu (Integrated) menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini
memandang kurikulum sebagai kaleidoskop bahwa interdisiplin topic disusun meliputi
konsep-konsep yang tumpang tindih dan desain-desain dan pola-pola yang muncul. Pendekatan
keterpaduan antar topik memadukan konsep-konsep dalam matematika, sain, bahasa
dan seni serta penngetahuan sosial.
Model
Terpadu (Integrated) dilaksanakan dengan menggabungkan mapel (interdisipliner),
menetapkan prioritas materi pelajaran, keterampilan, konsep dan sikap yang
saling berkaitan di dalam beberapa mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru
harus menyeleksi terlebih dahulu konsep dari beberapa mata pelajaran,
selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran,
dalam satu paket pembelajaran bertema.
Gambar: Model Terpadu (integrated) |
Penerapan
model ini di SD, harus dapat memadukan semua aspek pembelajaran bahasa sehingga
ketrampilan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara dikembangkan dengan
rencana yang bulat utuh.
Keunggulan
Model Terpadu (Integrated) adalah peserta didik merasa senang dengan adanya
keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu, memperluas
wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat
dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah melalui
“integrated day”.
Kelemahan
Model Terpadu (Integrated) adalah sulit mencari keterkaitan antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya, sulit mencari keterkaitan aspek
keterampilan yang terkait, dan membutuhkan kerjasama yang bagus antar tim
pengajar mata pelajaran terkait tema dengan perencanaan dan alokasi waktu
mengajar yang tepat.
Model
ini digunakan pada saat guru akan menyatukan beberapa kompetensi yang terlihat
‘serupa’ dari berbagai mata pelajaran. Tema akan ditemukan kemudian setelah
seluruh kompetensi dasar diintegrasikan.
Berikut
adalah langkah–langkah kegiatan dari model terpadu (integrated):
1.
Membaca dan memahami Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dari seluruh mata
pelajaran.
2.
Memahami Membaca baik-baik Standar Isi mata pelajaran IPS dan IPA serta
mengkaji makna dari Kompetensi Inti dan kompetensi-kompetensi dasar dari tiap
mapel tersebut.
3.
Mencari kompetensi-kompetensi dasar IPS dan IPA yang bisa disatukan dalam tema-tema
tertentu (dari hasil eksplorasi tema) yang relevan. Proses ini akan menghasilkan
penggolongan KD-KD dalam unit-unit tema.
4.
Menuliskan tema yang telah dipilih dan susunan KD-KD IPS dan IPA yang sesuai di
bawah tema tersebut.
5.
Melakukan hal yang sama untuk Standar Isi Bahasa Indonesia dan
6.
Meletakkan Kompetensi dasar yang tidak dapat dimasuk kedalam tema di bagian
bawah.
Langkah-langkah
tersebut menghasilkan skema berikut.
Pembelajaran tematik
terpadu
Apa yang dimaksud Pembelajaran
Tematik Terpadu atau Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu. Pembelajaran tematik terpadu
menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran yang terdapat pada
Kompetensi Dasar (KD) KI 3 dan juga keterampilan yang tergambar pada KD KI 4
dalam suatu proses pembelajaran. Implementasi KD-KD KI 3 dan KI 4 diharapkan akan
mengembangkan berbagai sikap yang merupakan cerminan dari KI1 dan KI 2. Melalui
pemahaman konsep dan keterampilan secara utuh akan membantu peserta didik dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Pembelajaran
tematik terpadu
adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983). Penggunaan tema diharapkan akan memberikan banyak
keuntungan, di antaranya:
1)
Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2)
Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;
3)
Peserta didik memahami materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4)
Peserta didik dapat dapat memiliki kompetensi dasar lebih baik, karena mengkaitkan
mata pelajaran dengan pengalaman pribadi peserta didik;
5)
Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6)
Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari mata pelajaran lain;
7)
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Secara
pedagogis pembelajaran tematik berdasarkan pada eksplorasi terhadap pengetahuan
dan nilai-nilai yang dibelajarkan melalui tema sehingga peserta didik memiliki pemahaman
yang utuh. Peserta didik diposisikan sebagai pengeksplorasi sehingga mampu menemukan
hubungan-hubungan dan pola-pola yang ada di dunia nyata dalam konteks yang relevan.
Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, keterampilan
dan sikap yang diperoleh melalui proses pembelajaran tematik terpadu ke dalam
konteks dunia nyata yang di bawa kedalam proses pembelajaran secara kreatif.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran
tematik terpadu memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu.
2.
Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu nampak. Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan kompetensi melalui tema-tema yang paling dekat
dengan kehidupan peserta didik.
3.
Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang berkaitan
dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap.
4.
Sumber belajar tidak terbatas pada buku.
5.
Peserta didik dapat bekerja secara mandiri maupun berkelompok sesuai dengan
karakteristik kegiatan yang dilakukan
6.
Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat mengakomodasi peserta
didik yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan, pengalaman, dan ketertarikan
terhadap suatu topik.
7.
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan
tersendiri.
8.
Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences) dari
hal-hal yang konkret menuju ke abstrak.
Pembelajaran
tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan berbagai tema sebagai pemersatu
pembelajaran.Adapun prinsip-prinsip pemilihan tema yaitu:
•
Memperhatikan
lingkungan yang terdekat dengan peserta didik:
•
Dari
yang termudah menuju yang sulit
•
Dari
yang sederhana menuju yang kompleks
•
Dari
yang konkret menuju ke yang abstrak.
•
Memungkinkan
terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik
•
Ruang
lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik, termasuk
minat, kebutuhan, dan kemampuannya
Keberhasilan
pembelajaran tematik terpadu tergantung pula pada lingkungan kelas yang diciptakan
yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar dan menjadi tempat belajar yang
nyaman, aman, dan menyenangkan. Penataan lingkungan kelas bisa berupa
pengaturan peserta didik dan ruang kelas. Pengaturan tersebut mencakup pengaturan
meja-kursi peserta didik, penataan sumber dan alat bantu belajar, dan penataan
pajangan hasil karya peserta didik. Pengorganisasian atau pengaturan peserta
didik dapat dilakukan dalam bentuk klasikal, kelompok dan individual.
Penataan
lingkungan kelas perlu memperhatikan 4 hal berikut: 1) Mobilitas, memudahkan
peserta didik untuk bergerak dari satu pojok ke pojok lain, 2) Aksesibilitas,
memudahkan peserta didik mengakses sumber dan alat bantu belajar, 3) Interaksi,
memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan sesama teman atau pendidiknya,
dan 4) Variasi kegiatan, memudahkan peserta didik melakukan berbagai kegiatan
yang beragam, misal berdiskusi, melakukan percobaan, dan presentasi.
Ruang
kelas juga dapat dilengkapi dengan Pusat belajar (‘learning centre’). Pusat
belajar ini dapat ditempatkan di pojok kelas. Pusat belajar ini dapat berisi
beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan dapat diubah dari waktu ke waktu.
Fungsi Pusat Belajar dapat menjadi tempat bagi anak yang sudah menyelesaikan
kegiatan sehingga tidak mengganggu teman lainnya. Contoh pusat belajar yang
dapat disesiakan misalnya pojok dengan rak yang diisi beberapa buku.
Pusat
belajar ini suatu saat dapat diubah menjadi pojok matematika, yang dapat digunakan
oleh peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan atau menggunakan sebagai media
yang berhubungan dengan matematika. Kegiatan di tempat ini peserta didik dapat mengerjakan
tugas atau bereksperimen dengan matematika. Sumber atau media belajar dapat
diletakkan pada rak, meja, atau kotak – kotak yang diberi label sehingga mudah
ditemukan saat dibutuhkan.
Karya
anak juga dapat dipajangkan. Pajangan diganti secara rutin sesuai dengan tema
yang sedang digunakan. Contoh pada waktu pelaksanaan tema “Tumbuhan”, kelas dapat
dirancang dengan nuansa taman bunga dengan menghiasi berbagai macam bunga-bunga
yang digantung di jendela atau di langit-langit kelas. pajangan disusun dengan memperhatikan
estetika dan berada dalam jangkauan pandang/sentuh peserta didik sehingga dapat
digunakan sebagai sumber belajar oleh peserta didik.
Demikian
uraian tentang Pengertian Pembelajaran
Tematik, Model Pembelajaran Tematik, dan Pembelajaran Tematik Terpadu. Semoga
ada manfaatnya, terima kasih.
Terima kasih atas informasi yang sangat bermanfaat.
sangat membantu kak, informasi yang sangat membantu dan sangat bermanfaat
Terimakasih kaka, sangat membnntu, sedikit saran, adaa baiknya di buatkan juga referensinya :')