Pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DAN PEMBELAJARAN REMEDIAL TUTOR SEBAYA
MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA |
Pada bahasan kali ini kita akan mempelajari Model Pembelajaran Tutor Sebaya dan penerapan Model Tutor Sebaya dalam pembelajaran remedial
A.
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Pengertian
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Apa yang dimaksud Model Pembelajaran Tutor Sebaya? Menurut
Rijalullah (2013), Model Pembelajaran
Tutor Sebaya yang disamakan dengan Tutorial
adalah bimbingan arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar siswa belajar secara
efesien dan efektif. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan
tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar,pelatih,
pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu
teman-temannya dalam belajar di kelas. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
(2004), Model Pembelajaran Tutor Sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau di
tugaskan membantu teman yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman
umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa. Sedangkan menurut
Winataputra (1999), Model Pembelajaran
Tutor Sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman
sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam
melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep.
==========================================
==========================================
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Dalam www.idp-europe.org.,
disebutkan bahwa pembelajaran tutorial sebaya dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri.
Materi dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).
2.
Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak
sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam
setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3.
Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok
dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4.
Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas
5.
Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas
yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
Menurut Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain (2006) mengemukakan bahwa yang terpenting untuk menjadi
seorang Tutor Sebaya adalah sebagai berikut: a. Dapat diterima (disetujui) oleh
siswa yang mendapatkan program perbaikan sehingga siswa tidak mempunya rasa
takut atau enggan untuk bertanya kepadanya. b. Tidak tinggi hati, kejam atau
keras hati terhadap sesama kawan. c. Mempunyai daya kreatif yang cukup untuk
memberikan bimbingan yang dapat menerangkan pembelajaran kepada temannya.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
a. Kelebihan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1)
Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan
kepercayaan diri
2)
Bagi tutor pekerjaan tutoring, akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang
dibahas.
3)
Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang rasa tanggung
jawab dalam mengemban suatu tugas, dan melatih kesabaran.
4)
Mempererat hubungan sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
5)
Pengetahuan yang diperoleh biasanya akan lebih lama tersimpan dalam memori
siswa
b. Kekurangan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1) Siswa yang dibantu sering
kali kurang serius karena berhadapan dengan temannya sendiri, sehingga hasilnya
kurang memuaskan
2) Ada beberapa anak yang
menjadi malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh temannya.
3) Pada kelas-kelas tertentu
pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan kelamin antara tutor
dengan siswa yang diberi program perbaikan.
4) Bagi guru sukar untuk
menemukan tutor yang tepat bagi seseorang atau beberapa orang siswa yang hars dibimbing.
5) Tidak semua siswa yang
pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali pada
kawan-kawannya.
Peranan tutor dalam
penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Peranan tutor menurut
Djauzak Ahmad (Nana Sudjana, 1991 : 183) sebagai berikut :
·
Sebagai Pengatur Lalu Lintas
·
Menjaga agar siswa-siswa bebicara menurut
giliran
·
Menjaga agar diskusi tidak didominasi oleh
siswa tertentu
·
Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang
pemalu untuk mengemukakan pendapatnya.
·
Sebagai Dinding Penangkis. Sebagai
dinding penangkis, peranan tutor atau pemimpin diskusi adalah menerima
pertanyaan-pertanyaan dari anggota, kemudian melemparkannya kembali kepada
anggota. Diupayakan supaya terjadi tanya jawab atau dialog antar siswa dalam
kelompok dan antara siswa dengan tutor, sehingga seluruh anggota berpartisipasi
aktif.
·
Sebagai Penunjuk Jalan. Dalam hal ini peranan
tutor adalah memberi pengarahan kepada anggota kelompok tentang masalah yang
akan didiskusikan, sehingga tidak timbul masalah-masalah yang menyimpang.
Situasi pembelajaran di
dalam kelas atau kelompok kecil diharapkan terciptanya suasana belajar yang
tenang, aman dan nyaman. Untuk itu tempat belajar siswa atau ruangan
belajar perlu diatur sebaik-baiknya. Pada diskusi kelompok kecil, ruangan
belajar diatur sehingga siswa yang berdiskusi atau bertanya jawab dapat duduk
berkelompok dan guru bergerak dengan leluasa. Dalam pelaksanaan model kelompok
ini, tempat duduk pun diatur bervariasi sedemikian rupa.
B.
Pembelajaran Remedial Tutor Sebaya
Pembelajaran Remedial Tutor Sebaya |
Pembelajaran remedial
merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang
ditetapkan.
Pelaksanaan pembelajaran
berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan
awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari.Pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan
berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar
serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
atau sedang dipelajari.
Apabila kemudian diumpai
peserta didik yang tidak mencapai kompetensi yang telah ditentukan, maka salah
satu tindakan yang bisa dillakukan adalah dengan remedial. Dengan diberikannya
pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan
belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka
yang telah mencapai tingkat penguasaan.Mereka juga perlu menempuh penilaian
kembali setelah mendapakan program pembelajaran remedial.
Pada prinsipnya,pembelajaran
remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang
mengalami hambatan. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan
atau lambat mencapai kompetensi.
Berdasarkan pembelajaran
remedial dalam KTSP (Depdiknas 2008). Bahwa sesuai dengan sifatnya sebagai
pelayan khusus, pembelajaran remedial memiliki beberapa prinsip sebagai berikut
:
·
Adaptif
Program
pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didikuntuk belajar sesuai
dengan kecepatan, kesempatann, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata
lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta
didik.
·
Interaktif
Pembelajaran
remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif
berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini
didasarkan kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan
perlu selalu mendapat monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan
belajarnya.
·
Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran
dan Penilaian
Bahwa
dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar
dn metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
·
Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan
balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin
memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut
yang dialami peserta didik.=
·
Kesinambungan dan Ketersediaan Pemberian
Pelayanan
Program pembelajaran
reguler dengan pembelajaran remedial adalah satu kesatuan,
dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus
berkesinambungan.
Bentuk-bentuk pelaksanaan
pembelajran remedial menurut Rienties, martin rehm, dalam artikel kurikulum dan
pembelajaran , Depdiknas 2008 menyebutkan :
·
Pemberian pembelajran ulang dengan metode dan
media yang berbeda.
·
Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan
cara penyederhanaan materi.
·
Pembelajaran ulang dilakukan bilamana
sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.
·
Pemberian secara khusus, misalnya bimbingan
perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan,
perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa bimbingan secara individual. Hal
ini dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum
berhasil mencapai ketuntasan.
·
Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu
diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan.
·
Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah
teman sekelas yang mengalami kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan
untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar.
Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
akan lebih terbuka dan akrab.
Seorang tutor hendaknya
memiliki kriteria (1). Memiliki kemampuan akademis diatas rata-rata peserta
didik satu kelas, (2). Mampu menjalin kerjasama dengan sesama peserta
didik, (3). Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademik yang baik,
(4). Memilki sikap toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama, (5). Memiliki
motivasi tinggi, (6). Bersikap rendah hati, pemberani dan bertanggung
jawab,(7). Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan. Sementara
guru hanya berperan sebagai fasilitaor dan pembimbing terbatas.( Adam dan
decey, dalam Wiwik Ida Kurotulaini).
Jadi
pembelajaran remedial tutor sebaya
adalah pembelajaran remedial yang dilakukan dengan menggunakan peserta
didik yang memiliki kemampuan lebih. Ini dilakukan antar sesama peserta didik.
Pengertian Tutor Sebaya
Lingkungan sekolah merupakan
salah satu faktor yang memiliki banyak potensi untuk
ditingkatkan efektifitasnya dalam menunjang keberhasilan suatu program
pengajaran. Potensi yang ada di sekolah, yaitu semua sumber-sumber daya yang
dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu
program pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi
disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya saling mendukung
menjadi satu system yang intergral. (Russefendi, 1991 : 233)
Dalam arti luas sumber
belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain yang bukan
guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau
keluarga di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang
yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan
tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor
kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi. ( Nana Sudjana, 1991 : 178)
Sehubungan dengan itu ada
beberapa pendapat mengenai tutor sebaya, diantaranya menurut Ischak dan Warji.
(Nana Sudjana, 1991 : 180) “Mengemukakan bahwa : tutor sebaya adalah sekelompok
siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang di
pelajarinya”.
Sementara menurut Dedi
Supriyadi. (Nana Sudjana, 1991 : 180) “Tutor sebaya adalah seorang atau
beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok prestasinya yang
lebih tinggi”. Sedangkan menurut Conny Semiawan, dkk. (Nana Sudjana, 1991 :
181) “Tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan belajar
kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut kepada teman-teman sekelasnya
di luar sekolah”.
Siswa adalah unsur pokok
dalam kegiatan belajar mengajar maka siswalah yang harus menerima dan mencapai
berbagai informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber
pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Sudirman. (Russefendi , 1991
: 233). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya
menurut Muntasir, dkk. (Nana Sudjana, 1991: 182 ).
Tutor sebaya adalah sumber
belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang pandai memberikan bantuan
belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman
sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman lebih mudah dipahami.
Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dalam bertanya
atau meminta bantuan.
Dalam pembelajaran dengan
penggunaan model tutor sebaya, tutor idealnya adalah siswa yang memiliki
kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman yang dibimbingnya, sehingga
pada saat ia memberikan pengayaan atau membimbing teman-temannya sudah
menguasai materi yang akan disampaikan pada mereka.
Adapun kriteria siswa yang
dapat dijadikan tutor sebaya menurut Nana Sudjana (1991 :14 –15 )
Kriteria tersebut antara lain :
·
Siswa menguasai bahan pengajaran yang telah
dipelajarinya.
·
Siswa menguasai teknik dan cara mempelajari
bahan pengajaran.
·
Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan
pengajaran relative lebih singkat.
·
Teknik dan cara belajar yang
dikuasainya dapat digunakan untuk mempelajari bahan pengajaran lain yang
serupa.
·
Siswa dapat mempelajari bahan
pengajaran lain secara mandiri.
·
Timbulnya motivasi dari dalam dirinya untuk
belajar lebih lanjut.
·
Tumbuhnya kebiasaan siswa untuk selalu
mempersiapkan diri dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
·
Siswa terampil dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
·
Tumbuhnya kebiasaan dan keterampilan membina
kerjasama dan hubungan social dengan orang lain.
·
Kesediaan siswa untuk menerima pandangan
orang lain dan memberikan pendapat atau komentar terhadap gagasan orang lain.
Prosedur Penyelenggaraan
Tutor Sebaya
Menurut Branley. (Nana
Sudjana, 1991 : 187) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan tutor, yaitu :
1. Tutor to Student (tutor
ke siswa)
2. Group to tutor (grup ke
tutor)
3. Student to Student (siswa
ke siswa)
Dalam model operasional 1,
tutor melakukan bimbingan terhadap masing-masing siswa secara individual,
begitu pula siswa secara individual berinteraksi dengan tutornya. Sementara
dalam model operasional 2, tutor tidak membimbing siswa secara individual,
tetapi membimbing siswa-siswa sebagai anggota kelompok. Adapun dalam model
operasional 3, siswa-siswa sebagai anggota kelompok saling bekerja sama,
berdiskusi dan saling bertanya dibimbing oleh tutor.
Skenario Pembelajaran Tutor
Sebaya
·
Fase Persiapan
Dalam
pelaksanaan penggunaan model tutor sebaya, pengelompokan siswa, kerja kelompok
dan kegiatan diskusi mengacu pada metode kerja kelompok dan diskusi. Winarno
Surachmad (1990 : 49 ) mngungkapkan bahwa kerja kelompok adalah metode mengajar
untuk membawa siswa-siswa sebagai kelompok dan secara bersama-sama berusaha
untuk memecahkan suatu masalah atau melakukan tugas. Pada dasarnya kerja
kelompok diadakan dengan tujuan agar semua siswa memikirkan sesuatu atau mengeluarkan
pendapat masing-masing. Ini tidak mungkin dilakukan dalam situasi kelas secara
keseluruhan atau klasikal akan tetapi harus dilakukan dalam kelompok kecil.
Dalam
metode kerja kelompok kecil ini, guru harus melakukan persiapan-persiapan
tertentu, persiapan tersebut menurut Winarno Surachmad (1990 : 50) adalah
sebagai berikut: Pertama, guru harus menentukan masalah-masalah yang akan
dikerjakan atau didiskusikan oleh siswa. masalah-masalah ini harus jelas dan
dapat dipahami oleh siswa. Kedua, guru harus memilih saat yang tepat untuk
pelaksanaan kerja kelompok, sehingga program dapat dilaksanakan dengan baik.
Ketiga, guru harus menentukan peserta-peserta untuk tiap kelompok dengan cara
yang tepat, sehingga para peserta dalam kelompok akan lebih aktif. Keempat,
penentuan alokasi waktu untuk pelaksanaan pembelajaran dengan cara yang efesien
efektif. Persiapan selanjutnya adalah menentukan organisasi kelompok,
dalam hal ini adalah grup tutor sebaya. Persiapan terakhir adalah menyiapkan
format laporan observasi kelompok.
·
Pola Pembentukan dan Prinsip Kerja Kelompok
Adapun
beberapa cara yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah kelompok kecil, yaitu
:
1)
Pembentukan kelompok berdasarkan tempat
duduk.
2)
Pembentukan kelompok bedasarkan
nama-nama menurut abjad.
3)
Pembentukan kelompok menurut hasil sosiometri
yang dapat dilihat dari hubungan fsikologis antara siswa, seperti pengelompokan
atas dasar keakraban teman.
4)
Pembentukan kelompok atas dasar minat dan
bakat siswa.
5)
Pembentukan kelompok atas dasar pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki siswa.
6)
Pengelompokan menurut bilangan atau urutan.
7)
Pembentukan kelompok berdasarkan kartu nomor
dengan cara dikocok atau diundi.
Winarno Surachmad (1990 :
51) menyatakan bahwa pengelompokan siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut
:
1) Berdasarkan pada fasilitas yang ada,
artinya jika fasilitas tidak sebanding dengan yang diperlukan, maka kelompok
dibagi menurut adanya fasilitas.
2) Berdasarkan
perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar, siswa
dikelompokan bedasarkan kecakapannya.
3) Berdasarkan
pembagian pekerjaan.
4) Berdasarkan
tujuan untuk mendorong setiap siswa belajar berpartisifasi penuh dalam belajar.
Untuk memperoleh hasil yang
optimal, dalam kerja kelompok ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan sehingga
suatu kerja kelompok dapat dipandang sebagai kerja kelompok yang baik. Merujuk
pada konsep yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad (1990 : 52)
prinsip-prinsip kerja kelompok yang baik adalah sebagai berikut :
1) Kerja
kelompok yang baik harus didasarkan pada masalah, tujuan dan rencana menurut
pandangan siswa.
2) Kerja
kelompok yang baik, setiap siswa merasakan sebagai peserta yang penting dan
mampu memberikan sumbangan pikiran atau ide berkenaan dengan pokok bahasan yang
dihadapi.
3) Kerja
kelompok yang baik adalah semua tanggungjawab harus dibagi kepada setiap siswa
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4) Dalam
kelompok yang baik, guru mengajar siswa tentang cara berdiskusi, kerjasama yang
baik, mengeluarkan pikiran, menilai dan saling menghargai buah pkiran orang
lain, mencegah terjadinya ketegangan, sehingga siswa tahu sikap sebagai
pemimpin dan sikap yang layaknya dimilki oleh orang yang dipimpin.
5) Dalam
kelompok yang baik, dipelihara suasana yang demokratis termasuk pengambilan
keputusan.
6) Dalam
kelompok yang baik, pemimpin kelompok/tutor mampu menciptakan suasana
keterbukaan, tidak mendominasi pembicaraan dan memaksakan kehendak.
7) Kelompok
yang baik harus membawa perubahan prilaku yang kontruktif pada diri siswa.
Dalam hal ini siswa belajar kerjasama dalam menyelesaikan tugas dan
menumbuhkembangkan rasa social, rasa solidaritas dan saling menghargai.
·
Peran Diskusi dalam Kerja Kelompok
Dalam
kerja kelompok yang baik, peran diskusi sangat penting. Menurut Winarno
Surachmad (1990 : 49) Diskusi merupakan aktifitas dari kelompok siswa,
berbicara saling tukar informasi maupun pendapat tentang sesuatu masalah dalam
rangka mencari jawaban atau penyelesaian problem.
Diskusi
itu sendiri menurut Winarno Surachmad (1990 : 49) dibagi menjadi empat
bagian ; 1) diskusi kelas, 2) diskusi kelompok kecil, 3) diskusi terpimpin, 4)
diskusi tidak terpimpin. Adapun yang dimaksud diskusi adalah diskusi yang
dilaksanakan dalam kelompok kecil, yaitu kelompok tutor sebaya.
Referensi
Abu Ahmadi dan Widodo S, (2004).
Psikologi Belajar Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
Danim, Sudarwan. 2002.
Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Pendidikan. Bandung
: Pustaka Setia.
Russefendi, (1991).
Pengantar Kepada Guru dalam Mengembangkan Kompetensinya dalam pelajaran
Matematika. Bandung : Tarsib
Rijalullah (2013) Model
Pembelajaran Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran BTQ (Skripsi), Jakarta: STAINU
Hambali, Julius (1991)
Pendidikan Matematika I. Jakarta : Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Tinggi
Sudjana, Nana. (1991).
Model-model Mengajar CBSA. Bandung : Penerbit Sinar Baru
Syaiful Bahri Djamarah &
Aswan Zain. (2006) Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Winataputra, Udin, S, (1999)
Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan)
ok, trims cukup membantu
ReplyDeleteInformasinya sangat bermanfaat sebagai referensi dan pengembangan profesionalisme guru. Mudah-mudahan para guru di Indonesia semakin profesional dan semakin meningkat kinerjanya. Guru yang baik adalah guru yang memiliki kinerja baik. Kinerja yang baik salah satu didukung oleh pengetahuan tentang profesinya. Terima kasih.
ReplyDeleteThe article is very interesting and useful . Thank you
ReplyDeleteSalam kenal gan, Posting agan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi guru.
ReplyDelete