TEORI BELAJAR KOGNITIF
TEORI BELAJAR KOGNITIF |
Berbeda dengan teori behavioristik, teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar merupakan aktifitas
yang melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Proses Belajar
terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan
struktur Kognitif yang sudah
dimiliki dan terbentuk
di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
1.
Lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil
2.
DIsebut model
perseptual
3.
Tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya
4.
Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak
5.
Memisah-misahkan atau
membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
6.
Belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
7.
Belajar
merupakan aktivitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
8.
Dalam praktek
pembelajaran teori ini tampak pada
tahap-tahap perkembangan(J. Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman
konsep (Bruner), Hierarki belajar (Gagne), Webteaching (Norman)
9.
Dalam kegiatan
pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
10.
Materi pelajaran
disusun dengan pola dari
sederhana ke kompleks
11.
Perbedaan individu
siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi keberhasilan siswa
belajar.
B. Beberapa pandangan tentang teori kognitif (Tokoh Teori belajar kognitif)
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang
disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan
pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.
Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel
syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat
perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara
kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses
belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).
Collin, dkk (2012)
menggambarkan pemikiran Piaget sebagai berikut:
Bagaimana seseorang
memperoleh kecakapan intelektual,
pada umumnya akan berhubungan
dengan proses mencari keseimbangan
antara apa yang mereka rasakan dan mereka
ketahui pada satu
sisi dengan apa
yang mereka lihat
suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang
dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak
akan terganggu. Jika tidak, ia harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
Proses adaptasi
mempunyai dua bentuk
dan terjadi secara
simultan, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah
proses perubahan apa
yang dipahami sesuai dengan
struktur Kognitif yang ada
sekarang, sementara akomodasi
adalah proses perubahan struktur
kog nitif sehingga dapat
dipahami. Dengan kata
lain, apabila individu menerima
informasi atau pengalaman
baru maka informasi tersebut akan
dimodifikasi sehingga cocok
dengan struktur Kognitif yang
telah dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila
struktur Kognitif yang sudah dimilikinya
yang harus disesuaikan
dengan informasi yang
diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
Asimilasi dan akomodasi akan
terjadi apabila seseorang mengalami konflik Kognitif atau suatu ketidak seimbangan antara ap a yang telah
diketahui dengan apa yang dilihat atau
dialaminya sekarang. Proses
ini akan mempengaruhi
strutur Kognitif. Menurut
Piaget, proses Belajar akan
terjadi jika mengikuti
tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses
asi milasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi
baru ke dalam struktur Kognitif yang
telah dimiliki oleh
individu. Proses akomodasi
merupakan proses penyesuaian struktur Kognitif ke
dalam situasi yang
baru. Sedangkan proses ekuilibrasi ada lah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh,
seorang anak sudah
memahami prinsip pengurangan.
Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses
pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan
prinsip pembagian (informasi baru). Inilah
yang disebut proses
asimilasi. Jika anak
tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut
akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai
prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik.
Agar seseorang dapat terus
mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga
stabilitas mental dalam
dirinya, maka diperlukan
proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara
lingkungan luar dengan struktur
Kognitif yang
ada dalam dirinya.
Proses inilah yang
disebut ekuilibrasi. Tanpa proses
ekuilibrasi, perkembangan Kognitif seseorang
akan mengalami gangguan dan
tidak teratur
(disorganized). Hal ini
misalnya tampak pada caranya
berbicar a yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis, dan sebagainya.
Adaptasi akan terjadi
jika telah terdapat
keseimbangan di dalam struktur Kognitif.
Sebagaimana dijelaskan
di atas, proses
asimilasi dan akomodasi mempengaruhi struktur Kognitif. Perubahan struktur Kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan
kedewasaan anak terjadi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses
Belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap -tahap perkembangan
sesuai dengan umurnya.
Pola dan tahap-tahap
ini bersifat hirarkhis, artinya
harus dilalui berdasarkan
urutan tertentu dan
seseorang tidak dapat Belajar sesuatu yang berada di luar
tahap Kognitifnya. Piaget membagi
tahap -tahap perkembangan Kognitif
ini menjadi empat yaitu;
a. Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun)
Pertumbuhan
kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.
Ciri pokok perkembangannya berdasarkan
tindakan, dan dilakukan langkah
demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1)
Melihat dirinya sendiri
sebagai mahkluk yang
berbeda dengan obyek
di sekitarnya.
2)
Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3)
Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
4)
Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
5)
Memperhatikan obyek sebagai
hal yang tetap,
lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap preoperasional (umur 2- 7/8 tahun)
Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda,
dan mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif. Tahap
ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur
2- 4 tahun), anak
telah mampu menggunakan
bahasa dalam mengembangkan konsepnya,
walaupun masih sangat
sederhana. Maka sering terjadi
kesalahan dalam memahami
obyek. Karakteri stik tahap
ini adalah:
1)
Self counter nya sangat
menonjol.
2) Dapat mengklasifikasikan obyek
pada tingkat dasar
secara tunggal dan mencolok.
3)
Tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek -obyek yang berbeda.
4) Mampu
mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, te rmasuk kriteria yang
benar.
5) Dapat menyusun
benda-benda secara berderet,
tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara
deretan.
Tahap intuitif
(umur 4- 7 atau 8 tahun),
anak telah dapat
memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan
yang agak abstraks.
Dalam menarik kesimpulan sering
tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak
telah dapat mengungkapkan
isi hatinya secara
simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas. Karakteristik tahap ini adalah:
1) Anak
dapat membentuk kelas-kelas
atau kategori obyek,
tetapi kurang disadarinya.
2) Anak mulai mengetahui hubungan secara
logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3)
Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4) Anak
mampu memperoleh prinsip -prinsip secara
benar. Dia mengerti terhadap sejumlah obyek yang teratur
dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan
berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami
bahwa jumlah obyek adalah tetap sama
meskipun obyek itu
dikelompokkan dengan cara
yang berbeda.
c. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-
11 atau 12 tahun)
Ciri pokok
perkembangan pada tahap
ini adalah anak
sudah mulai menggunakan aturan-aturan
yang jelas dan
logis, dan ditandai
adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir
logis, akan tetapi hanya dengan benda -benda yang bersifat ko nkrit. Operation
adalah suatu tipe tindakan untuk
memanipulasi obyek atau
gambaran yang ada
di dalam dirinya. Karenanya
kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga
tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba -coba dan
membuat kesalahan, karena
anak sudah dapat
berpikir dengan menggunakan model
“kemungkinan” dalam melakukan
kegiatan tertentu. Ia dapat
menggunakan hasil yang
telah dicapai sebelumnya.
Anak mampu menangani sistem
klasifikasi.
Namun sungguhpun
anak telah dapat melakukan
pengklasifikasian, pengelompokan
dan pengaturan masalah
( ordering problems ) ia
tidak sepenuhnya menyadari adanya
prinsip -prinsip yang terkandung
di alamnya. Namun taraf
berpikirnya sudah dapat
dikatakan maju. Anak
sudah tidak memusatkan diri
pada karakteristik perseptual
pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu
diberi gambaran konkrit, sehingga ia mampu menelaah persoalan.
Sungguhpun demikian anak
usia 7-12 tahun
masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.
Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:
1.
Perkembangan kognitif
merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu perkembangan yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf
2.
Semakin bertambah umur
maka semakin bertambah kompleks susunan syarafnya dan akan meningkat pula
kemampuannya. Daya pikir anak yangb berbeda usia akan berbeda secara
kualitatif
3.
Proses adaptasi
mmepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu akomidasi dan asimilasi
4.
Asimilasi adalah
proses perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur kognitif. (apabila
individu menerima infomasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan
dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai)
5.
Akomodasi adalah
proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami (apabila struktur
kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi yang diterima).
6.
Proses belajar akan
terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi
(penyeimbangan)
7.
Asimilasi (proses
penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi)
8.
Seorang anak sudah
mempunyai prinsip pengurangan, ketika mempelajri pembagianmaka terjadi prses
intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan pembagian (info baru) inilah asimilasi.
9.
Jika anak diberi soal
pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya anak sudah dapat
mengaplikasikan atau memakai prinsip
pembagian dalam situasi baru
10.
Proses penyesuaian
antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut ekuilibrasi
11.
Proses belajar akan
mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya
12.
Tahap sensorimotor
(0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11 thn), operasional
formal (12-18 thn)
13.
Hanya dengan
mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal asimilasi dan akomodasi
pengatahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik
Implikasi teori perkembangan kognitif
Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan cara
berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar
lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu
anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus
dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.
Berikan peluang agar
anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
2. Teori belajar menurut Bruner
Jerome Bruner adalah seorang
pengikut setia Teori Kognitif,
khususnya dalam studi perkembangan fungsi Kognitif. Ia menandai perkembangan Kognitif manusia sebagai berikut:
a.
Perkembangan intelektual ditandai
dengan adanya kemajuan
dalam menanggapi suatu rangsangan.
b.
Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi
secara realis.
c.
Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri
atau pada orang
lain melalui kata -kata
atau lambang tentang
apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini
berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
d.
Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan
bagi perkembangan Kognitifnya.
e. Bahasa
adalah kunci perkemba ngan
Kognitif, karena
bahasa merupakan alat komunikasi antara
manusia. Untuk memahami
konsep -konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
f.
Perkembangan Kognitif ditandai
dengan kecakapan untuk
mengemukakan beberapa
alternatif secara simultan,
memilih tindakan yang
tepat, dapat memberikan prioritas
yang berurutan dalam berbagai situasi.
Dalam memandang
proses Belajar, Bruner menekankan
adanya pengaruh kebudayaan terhadap
tingkah laku seseorang.
Dengan Teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses Belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, Teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh -contoh y ang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget menyatakan bahwa
perkembangan Kognitif sangat berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa
perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan Kognitif.
Menurut Bruner perkembangan Kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan,
yaitu ; enactive, iconic,
dan symbolic .
1) Tahap enaktif, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya.
Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.
Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2)
Tahap ikonik, seseorang
memahami obyek-obyek atau
dunianya melalui gambar
-gambar dan visualisasi
verbal. Maksudnya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak Belajar
melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan perbandingan
(komparasi).
3) Tahap
simbolik, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam
memahami dunia sekitarnya
anak Belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem
simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem
enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pemBelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem
enaktif dan ikonik dalam proses Belajar.
Menurut Bruner,
perkembangan Kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan cara menyusun
materi pelajaran dan
menyajikannya sesuai dengan
tahap perkembangan orang tersebut.
Gagasannya mengenai kurikulum
spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat
makro, menunjukkan cara mengurutkan
materi pelajaran mulai
dari mengajarkan meteri secara
umum, kemudian secara
berkala kembali mengajarkan
materi yang sama dalam
cakupan yang lebih
rinci. Pendekatan penataan materi
dari umum ke
rinci yang dikemukakannya dalam
model kurikulum spiral
merupakan bentuk penyesuaian antara
materi yang dipelajari
dengan tahap perkembangan
Kognitif orang yang Belajar.
Demikian juga model
pemahaman konsep dari Bruner (dalam Degeng, 1989), menjelaskan bahwa
pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori
yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan
mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh -contoh (obyek-obyek
atau p eristiwa-peristiwa) ke dalam kelas
dengan menggunakan dasar kriteria
tertentu. Dalam pemahaman
konsep, konsep -konsep sudah ada
sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah sebaliknya, yaitu
tindakan untuk membentuk kategori -kategori baru. Jadi merupakan tindakan penemuan
konsep.
Menurut Bruner,
kegiatan mengkategori memiliki
dua komponen yaitu;
1) tindakan pembentukan konsep,
dan 2) tindakan
pemahaman konsep. Artinya, langkah pertama adalah pembentukan
konsep, kemudian baru pemahaman konsep.
Perbedaan antara keduanya
adalah:
1)
Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku mengkategori ini berbeda.
2)
Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama.
3)
Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda.
Bruner memandang
bahwa suatu konsep
memiliki 5 unsur,
dan seseorang dikatakan memahami
suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi;
1)
Nama.
2)
Contoh -contoh baik yang positif maupun yang negatif.
3) Karakteristik,
baik yang pokok maupun tidak.
4)
Rentangan karakteristik
5)
Kaidah.
Menurut Bruner,
pembelajaran yang
selama ini diberikan
di sekolah lebih banyak
menekankan pada perkembangan
kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan
berpikir intuitif. Padahal
berpikir intuitif sangat penting bagi
mereka yang menggeluti
bidang matematika, biologi,
fisika, dan sebagainya, sebab
setiap disiplin mempunyai konsep -konsep, prinsip, dan prosedur yang harus
dipahami sebelum seseorang dapat Belajar.
Cara yang baik untuk Belajar adalah memahami
konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
Brunner meyakini bahwa proses Belajar akan
berjalan dengan optimal
apabila siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
konsep, Teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh -contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya sehari
-hari. Sebagaimana bagan di atas, Brunner
meyakini bahwa perkembangan bahasa memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan Kognitif anak. Pemikiran Bruner (Co llin, 2012) yang
digambarkan sebagai berikut:
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
1. Perkembangan kognitif
ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang
2. Peningkatan pengatahun
bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realistis
3.
Perkembangan
intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau
pada orang lain
4. Interaksi secara
sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk perkembangan kognitifnya
5.
Bahasa adalah kunci
perkembangan kognitif
6. Perkembangan kognitif
ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan bebrapa alternatisf secara
simultan, memilih tindakan yang tepat.
7. Perkembangan kognitif
di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
8.
Enaktif yaitu tahap
jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami
lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9.
Ikonik, yaitu tahap
seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
10.
Simbolik yaitu tahap
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika)
11.
Model pemahaman dan
penemuan konsep
12.
Cara yang baik untuk
belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning)
13.
Siswa diberi kekebasan
untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery)
3. Teori belajar bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, belajar seharusnya
merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa
dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada
konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Hakikat belajar menurut teori kognitif
merupakan suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau dengan kata lain, belajar
merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi bahwa setiap orang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif
yang dimilkinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif tang telah dimiliki
seseorang.
Teori-Teori
Belajar yang
ada selama ini
masih banyak menekankan
pada Belajar asosiatif atau Belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa.
Belajar seharusnya
merupakan asimilasi yang
bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan
dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk
struktur Kognitif.
Struktur Kognitif merupakan struktur
organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur
-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori Kognitif banyak memusatkan
perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan
dan retensi pengetahuan
baru merupakan fungsi
dari struktur Kognitif yang
telah dimiliki siswa.
Yang paling awal
mengemukakan konsepsi ini adalah Ausubel.
Berikut ini penjelasan lengkap teori belajar Ausubel yang
dipaparkan oleh Budiningsih, C.Asri. (2012) dalam buku Belajar dan
Pembelajaran. Terbitan PT. Rineka Cipta:
Jakarta, sebagai berikut:
a) Struktur kognitif
Merupakan struktur
organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan
unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.
Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan
retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa.
b) Subsumtive sequence
Dikatakan bahwa pengetahuan
diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti
bahwa pengetahuan yang lebih umum, inclusif, dan abstrak membawahi pengetahuan
yang lebih spesifik dan konkret. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan
abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan
perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan
materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering
disebut sebagai subsumtive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi
siswa.
c) Advance organizers
Dikembangkan oleh Ausubel
merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang
pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena
merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang
apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam
struktur kogntif siswa. Jika ditata dengan baik, advanced organizers
akanmemudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya
dengan materi yang telah dipelajarnya.
d) Skemata
Berdasarkan pada konsepsi
organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut,
dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit
yang disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi
untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau
sebagai tempat mengaitkan pengetahuan baru.
Konsepsi dasar
mengenai struktur Kognitif inilah
yang dijadikan landasan teoretik dalam
mengembangkan Teori-Teori pembelajaran. Beberapa
pemikiran ke arah penataan
isi bidang studi
atau materi pelajaran
sebagai strategi pengorganisasian
isi pembelajaran yang berpijak pada Teori Kognitif, dikemukakan secara
singkat sebagai berikut (Degeng,
1989):
a. Hirarhki Belajar.
Gagne menekankan
kajiannya pada aspek
penataan urutan materi
pelajaran dengan memunculkan gagasan
mengenai prasyarat Belajar, yang
dituangkan dalam suatu struktur
isi yang disebut
hirarhki Belajar. Keterkaitan di a
ntara bagian -bagian bidang studi
yang dituangkan dalam
bentuk prasyarat Belajar,
berarti bahwa pengetahuan
tertentu harus dikuasai
lebih dahulu sebelum pengetahuan yang lain dapat
dipelajari.
b. Analisis tugas.
Cara
lain yang dipakai untuk menunjukkan
keterkaitan isi bidang studi adalah information - processing approach
to task analysis.
Tipe hubungan prosedural ini memerikan
urutan dalam menampilkan
tugas -tugas Belajar. Hubungan prosedural menunjukkan
bahwa seseorang dapat saja
mempelajari langkah terahkir dari
suatu prosedur pertama kali, tetapi dalam unjuk kerja ia tidak dapat mulai dari
langkah yang terahkir.
c. Subsumptive sequence .
Ausubel mengemukakan
gagasannya mengenai cara
membuat urutan isi pengajaran yang
dapat menjadikan pengajaran
lebih bermakna bagi
yang Belajar. Ia
menggunakan urutan umum
ke rinci atau subsumptive sequence sebagai strategi utama untuk
mengorganisasi pengajaran. Perolehan Belajar
dan retensi akan dapat
ditingkatkan bila pengetahuan
baru diasimilasikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
d. Kurikulum spiral .
Gagasan tentang
kurikulum spiral yang
dikemukakan oleh Bruner
dilakukan dengan cara mengurutkan
pengajaran. Urutan pengajaran
dimulai dengan mengajarkan isi
pengajaran secara umum,
kemudian secara berkala
kembali mengajarkan isi yang sama dengan cakupan yang lebih rinci.
e. Teori
Skema.
Teori skema
juga menggunakan urutan
umum ke rinci.
Teori ini
memandang bahwa proses Belajar
sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri seseorang dengan cara
mengkaitkannya dengan struktur
Kognitif yang
sudah ada. Hasil Belajar
sebagai hasil pengorganisasian struktur Kognitif
yang baru, merupakan integrasi
antara pengetahuan yang
lama dengan yang
baru. Struktur Kognitif
yang baru ini
nantinya akan menjadi assimilative schema pada
proses Belajar berikutnya.
f. Webteaching.
Webteaching
yang dikemukakan Norman,
merupakan suatu prosedur
menata urutan isi bidang
studi yang dikembangkan
dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan yang
telah dimiliki oleh seseorang, dan struktur isi
bidang studi yang akan dip elajari.
Pengetahuan baru yang
akan dipelajari secara bertahap
harus diintegrasikan dengan
struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya.
g. Teori
Elaborasi.
Teori elaborasi
mengintegrasikan sejumlah pengetahuan
tentang strategi penataan isi
pelajaran yang sudah
ada, untuk menciptakan
model yang komprehensif tentang
cara mengorganisasi pengajaran
pada tingkat makro. Teori ini
mempreskripsikan cara pengorganisasian isi
bidang studi dengan mengikuti urutan
umum ke rinci,
dimulai dengan menampilkan
epitome (struktur isi bidang
studi yang dipelajari),
kemudian mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.
Adapun beberapa prinsip Teori Ausubel adalah
1. Proses belajar akan
terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang tlah
dimilikinya dengan pengetahuan baru
2.
Proses belajar akan
terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna stimulus, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami
3.
Siswa lebih ditekankan
unuk berpikir secara deduktif (konsep advance organizer)
C. Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran
Secara singkat berikut ini ringkasan aplikasi teori kognitif dalam
pembelajaran :
Teori Kognitif menekankan
pada proses perkembangan
siswa. Meskipun proses perkembangan
siswa mengikuti urutan
yang sama, namun
kecepatan dan pertumbuhan dalam
proses perkembangan itu berbeda. Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan perkembangan mempengaruhi kecepatan Belajar siswa, oleh sebab itu i
nteraksi dalam bentuk
diskusi tidak dapat
dihindarkan. Pertukaan gagasan
menjadi tanda bagi perkembangan penalaran siswa. Perlu disadari bahwa penalaran bukanlah
sesuatu yang dapat
diajarkan secara langsung,
namun perkembangannya dapat disimulasikan.
Piaget memberikan
penekanan bahwa setiap
tahap perkembangan memberikan
kesempatan pada siswa untuk Belajar
lebih baik. Menurut piaget, anak bukanlah
orang dewasa mini, anak tidak mengetahui sebanyak apa yang diketahui oleh orang
dewasa, akan tetapi anak meliha t dunia dengan cara yang berbeda dan berinteraksi
secara berbeda pula.
Hakekat Belajar menurut
Teori Kognitif dijelaskan
sebagai suatu aktifitas Belajar yang berkaian
dengan penataan informasi,
reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada Teori Belajar Kognitif ini sudah banyak
digunakan. Dalam merumuskan
tujuan pembelajaran, mengembangkan
strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak
lagi mekanistik sebagaimana yang
dilakukan dalam pendekatan
behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam
proses Belajar amat diperhitungkan, agar Belajar
lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip -prinsip sebagai berikut:
1. Siswa
bukan sebagai orang
dewasa yang muda
dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan Kognitif melalui tahap -tahap
tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah
dasar akan dapat Belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda -benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam Belajar amat dip entingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk
menarik minat dan
meningkatkan retensi Belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur Kognitif yang telah dimiliki si Belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika
materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks.
6. Belajar
memahami akan lebih
bermakna dari pada Belajar
menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus
disesuaikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa. Tugas
guru adalah menunjukkan hubungan antara
apa yang sedang
dipelajari dengan apa
yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri
siswa perlu diperhatiakan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan
Belajar siswa.
Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.
Sebagaimana yang telah
dijelaskan pada bagian sebel umnya, proses Belajar
menurut Piaget terjadi
melalui tahapan asimilasi,
akomodasi dan equilibirasi. Sebagai contoh
( www.nblognlife.com) siswa yang
telah memahami prinsip pengurangan, ketika
siswa tersebut mempelajari
prinsip pembagian, maka
terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah
dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut
proses asimilasi. Jika siswa tersebut diberikan soal -soal pembagian, maka si
tuasi ini disebut akomodasi. Hal ini berarti siswa tersebut sudah dapat
mengaplikasikan atau memakai prinsip -prinsip pembagian dalam situasi yang baru
dan spesifik.
Dalam learning
and teaching information, dijelaskan bahwa
Piaget melihat transisi perkembangan terjadi pada
sekitar 18 bulan, 7 tahun dan 11
atau 12 tahun. Hal ini dapat diartikan
bahwa sebelum usia ini anak -anak
tidak mampu (seberapa
cerdaspun mereka) untuk
memahami hal -hal dengan cara
-cara tertentu .
Pada siswa
yang berada di
rentang perkembangan preoperasional, untuk mengaplikasikan Teori perkembangan
Piaget dalam pembelajaran di
kelas, University of Arkansas
merekomendasikan enam tahap
yang perlu diperhatikan dalam perkembangan struktur
pre-operasional. Enam tahap tersebut:
1.
Gunakan contoh pendukung dan alat-alat visual jika memungkinkan.
2. Buat petunjuk pembelajaran yang tidak terlalu panjang, gunakan lebih banyak contoh
daripada kata-kata.
3. Jangan berharap
siswa melihat dunia
dari sudut pandang
orang lain, karena siswa memiliki sudut pandnag sendiri.
4. Peka terhadap kemungkinan bahwa siswa
mungkin memiliki pemahaman yang berbeda
terhadap kata yang s
ama atau
pemahaman yang sama
terhadap kata yang berbeda.
Siswa juga seringkali
mengharapkan orang dewasa
untuk memahami kata-kata yang mereka ucapkan.
5. Berikan latihan langsung kepada siswa yang
berfungsi untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih kompleks seperti
pemahaman bacaan.
6. Berikan berbagai pengalaman untuk
membangun landasan bagi pembelajaran
yang lebih kompleks.
Ketiga tokoh aliran Kognitif di atas secara umum memililiki
pandangan yang sama yaitu mementingkan
keterlibatan siswa secara
akti f dalam Belajar.
Menurut Piaget, hanya dengan
mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Sementara itu, Bruner lebih
banyak memberikan kebebasan
kepada siswa untuk Belajar
sendiri melalui aktivitas menemukan
(discovery). Cara demiki an akan
mengarahkan siswa pada bentuk Belajar
induktif, yang menuntut
banyak dilakukan pengulangan.
Hal ini tercermin dari model kurikulum spiral yang dikemukakannya. Berbeda dengan Bruner, Ausubel
lebih mementingkan strutur
disiplin ilmu. Dalam
proses Belajar lebih banyak menekankan
pada cara berfikir
deduktif. Hal ini
tampak dari konsepsinya mengenai
Advance Organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan
dipelajari siswa.
Penerapan Teori Kognitif ini
contohnya pada pembelajaran mandiri,
dimana siswa dapat Belajar sesuai
dengan tingkat perkembangannya sendiri
dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri. Sebagaimana yang disampaikan P
i aget (Collin, dkk: 2012) dalam Teorinya bahwa
tujuan utama dalam
proses pembelajaran adalah menghasilkan
manusia yang memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru”. Selain
model pembelajaran mandiri, model
diskusi dengan memfokuskan pada perkembangan siswa dan
guru sebagai fasilitator
untuk membantu siswa berkembang sesuai dengan struktur Kognitif-nya, juga merupakan contoh
penerapan Teori Kognitif.
1.
Keterlibatan siswa
secara aktif amat dipentingkan
2.
Untuk meningkatkan
minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
3.
Materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke
kompleks.
4.
Perbedaan individu
pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar.
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran |
Adapun aplikasi teori
kognitif dalam pembelajaran menurut Harahap (2001):
·
Keterlibatan siswa secara aktif amat
dipentingkan
·
Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan
retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki siswa.
·
Materi pelajaran disusun dengan menggunakan
pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
·
Perbedaan individu pada siswa perlu
diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
·
Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah
dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap
tertentu.
·
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar
akan dapat belajar dengan baik terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
·
Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar
amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi
dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
·
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi
perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang
telah memiliki si belajar.
·
Pemahaman dan retensi akan meningkat jika
materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks.
·
Belajar memahami akan lebih bermakna daripada
belajar mneghafal.
·
Adanya perbedaan individual pada diri siswa
pelu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal dan sebagainya.
Terima kasih, postingnya sangat lengkap dan bermanfaat.
Luar biasa sangat bermanfaat, semoga bapak sehat selalu agar bisa terus berbagi ilmu
bermanfaat sekali, terimakasih telah menjadi inspirasi dan referensi bagi kami. dasarguru.com
https://www.dasarguru.com/teori-belajar-kognitif/
Salam Hormat,
itu sumbernya dari mana yaa?..... mampir ke CATATAN KULIAH KU ya.... salam kenal.... :)
terima kasih atas ilmu yang dibagikan, semoga penulis diberikan kesehatan dan panjang umur, keberkahan dan keslematan. aamiin
Kami menyediakan jasa SEWA DAN JUAL Tenda seperti:
*Tenda Roder / Tenda Hanggar / Tenda Dome dengan bahan Tiang alumunium, Dinding dan Atap PVC (PVC atap 850gr Blackout, Pvc dinding 550gr Blackout).
Tenda Roder senidiri biasa di gunakan sebagai:
-Tenda vaksinasi
-Tenda darurat Rumah sakit
-Posko Pengungsian
-Tenda Peresmian
-Tenda Pameran
-Tenda Gudang, dan masihbanyak fungsi lainnya
Tenda Roder sendiri memiliki beberapa bentangan yaitu bentangan 10, 15, dan 20. untuk panjangnya sendiri terhitung dari kelipatan 5 (cth: 5, 10, 15, 20 dst)
*Tenda Transparan
Tenda transparan itu memiliki kesan yang elegant karna bisa menampilkan suasana luar tenda dan sinar matahari ataupun binar binar luar tenda di malam hari, Tenda Transparan biasanya digunakan untuk:
-Acara Wedding
-Acara pesta
-Acara pesta malam
-Acara Event dan masih banyak lagi kegunaannya.
*Tenda Kerucut / Tenda Sarnavil
biasanya memiliki kegunaan untuk:
-Bilik desinfektan
-Event outdor
-Posko pengamanan covid
-Posko Polisi sementara
-POsko darurat Rumah Sakit
-Ruangan darurat rumah Sakit dan masih banyak kegunaan lainnya.
Tenda kerucut dapat meutup sempurna untuk menghindari panas matahari langsung ataupun air hujan, untuk ukuran tenda yang biasa di gunakan beberapa macam yaitu 3x3m, 5x5m, dan 10x10m.
untuk Jasa penyewaan sendiri kami dapat melayani untuk daerah JABODETABEK dan sekitarnya
untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi kami di:
No.wa : 081977000899
Alamat: Taman Ubud Cendana 1 No.19 Lippo Village, Tangerang Banten
#TENDARODER #TENDATRANSPARAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL #TENDAVAKSINASI #TENDADARURATRUMAH SAKIT #POSKOPENGUNGSIAN #BILIKDESINFEKTAN #PISKOPENGANAMANANCOVID #RUANGAN DARURAT RUMAH SAKIT
#TENDAVAKSINASI #TENDARODER #TENDATRANSPARAN #POSKOPENGAMANAN #TENDAKERUCUT #TENDASARNAVIL
https://www.tendaroderindonesia.com/
https://www.facebook.com/profile.php?id=100055894358161
https://www.instagram.com/juragantendaofficial/
https://wordpress.com/home/juragantendaofficial.wordpress.com
https://twitter.com/IndonesiaRoder
https://sites.google.com/d/1pcx7KorOqbjx0NiYnGFSUG5kOkWyCwi
C/p/1yhTPQJp9thkWKmmxVcD-0m71khRu4_K9/edit