Pengertian dan Jenis Gaya Belajar Siswa |
Pengertian dan Jenis Gaya Belajar Siswa. Salah satu prinsip utama pembelajaran, misalnya menurut Quantum Learning, adalah membuat siswa nyaman belajar. Untuk itu, perlu diciptakan suasana lingkungan yang nyaman (comfort zone) siswa. Salah satu cara yang dapat ditempuh kenyamanan pada siswa adalah merancang proses belajar mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi antarpribadi.
Di beberapa sekolah dasar dan lanjutan di
Amerika, para guru menyadari bahwa para siswa mempunyai cara yang optimal dalam
mempelajari informasi baru. Mereka menyadari bahwa beebrapa murid perlu diajari
dengan cara yang lain dan metode-metode standar. Jika diajari dengan metode
standar, kemungkinan kecil murid-murid ini dapat berhasil. Pengetahuan tentang
gaya belajar ini telah membantu banyak guru untuk mengantarkan siswanya mampu
balajar.
Anthony F. Gregorc (Hernowo, 2002) menyatakan
bahwa gaya belajar ditentukan oleh cara seseorang memandang atau menerima
informasi. Cara memandang atau menerima informasi itu disebut persepsi.
Menurutnya, ada dua macam persepsi yang dimiliki seseorang: persepsi konkret
dan persepsi abstrak.
Persepsi konkret membuat kita menyimpan
informasi secara langsung melaiui kelima indera kita, yaitu penglihatan,
penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Ketika kita menggunakan persepsi ini,
kita berada di sini dan kini, yang nyata dan yang jelas. Kita tidak berusaha
mencari arti bunyi atau berusaha menghubungkan suatu gagasan atau konsep dengan
sesuatu yang lain. Kunci ungkapan sederhana mengenai kualitas persepsi ini
adalah, “Sesuatu adalah apa adanya.” Sebaliknya, persepsi abstrak memungkinkan
kita memvisualisasikan, melahirkan ide, dan memahami atau meyakini sesuatu yang
tidak dapat kita lihat secara apa adanya. Ketika menjalankan persepsi ini kita
menggunakan intuisi, daya intelektual, dan irnajinasi kita. Kita mampu melampaui
hal yang kita lihat secara apa adanya hingga mencapai yang lebih detail, lebih
lembut. Kunci ungkapan yang menggambarkan kualitas persepsi ini adalah,
“Sesuatu tidaklah selalu seperti apa yang terlihat.”
Dan kedua persepsi ini Gregorc kemudian
menemukan dua ciri mekanisme persepsi dalam mengatur informasi, yaitu
sekuensial (lurus, teratur, mengikuti tahapan-tahapan yang logis) dan acak
(bengkok, tidak teratur, terserah yang mana saja). Dan sini lahir kombinasi
empat gaya belajar (1) Sekuensial Konkret dengan cirinya antara lain, akurat,
stabil, berdasarkan fakta, dan terorganisasi; (2) Sekuensial Abstrak dengan cirinya
antara lain analitis, objektif, teliti, logis, dan sitematis; (3) Acak Kongkret
dengan cirinya, antara lain sensitif, imajinatif, spontan, dan fleksibel; dan
(4 Acak Abstrak atau dengan cirinya, antara lain intuitif, realistis, inovatif,
dan mengikuti naluri.
Rita Dunn (Dr Porter dan Hernacki, 1999),
pelopor di bidang gaya belajar yang lain telah menemukan banyak variabel yang
mempengaruhi cara belajar seseorang: fisik, emosional, sosiologis, dan
lingkungan. Sebagian orang dapat belajar dengan baik dalam cahaya yang terang,
sedangkan yang lain baru dapat belajar jika pencahayaan suram. Ada sebagian
orang paling baik menyelesaikan tugas belajarnya dengan berkelompok, sedangkan
yang lain lebih memilih belajar sendiri karena dirasa lebih efektif. Sebagian
orang memilih belajar dengan latar belakang iringan musik, sementara yang lain
tidak dapat belajar kecuali jika dalam suasana sepi. Ada orang yang memilih
lingkungan kerjanya teratur dengan rapi, tetapi yang lain selalu menggelar
segala sesuatunya agar semuanya dapat terlihat.
Gaya belajar adalah kombinasi cara siswa
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Jika cara mengatur dan mengolah
informasi berwujud dominasi otak, cara menyerap informasi berwujud modalitas
yang terdiri atas Visual atau V, Auditorial atau A, dan Kinestetik atau K.
Visual berarti menyerap informasi dengan cara melihat. Auditorial berarti
menyerap informasi dengan cara mendengar. Demikian pula, kinestetik adalah
menyerap informasi dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Tiap-tiap siswa memiliki kecenderungan
tersendiri untuk melihat, mendengar, atau meraba agar dapat memahami secara
maksimal sebuah informasi. Beberapa siswa, hanya dengan melihat, sudah dapat
memerankan tokoh Himawan dalam drama berjudul Ayahku Pulang. Akan tetapi, siswa
yang lain masih memerlukan penjelasan rinci dan sutradara. Bahkan, sebagian
siswa harus mencobanya beberapa kali untuk dapat memerankannya secara baik.
Sebagai guru, secara sadar atau tidak, Anda sudah melakukan identifikasi gaya
belajar siswa. Ada siswa yang lebih suka belajar kelompok; siswa lain lebih
senang dengan belajar sendiri; sementara siswa yang lain lagi lebih nyaman
belajar dengan bimbingan guru.
Berikut ini, Anda diajak mengenali
daerah-daerah visual dan auditoris yang ada pada diri Anda. Tutup mata Anda.
Bayangkan dalam pikiran Anda tetang “secangkir kopi”. Tunjukkan dengan jari
Anda di mana di kepala Anda tempat secangkir kapi itu dapat “dilihat”! Jika
Anda tidak dapat “melihat”-nya, tidak jadi masalah; jangan khawatir. Bayangkan
sesuatu yang lain dan tunjukkan di bagian mana, di kepala Anda, sesuatu itu
berada. Kalau dengan cara ini pun Anda belum bisa, cobalah untuk mendengarkan
kata-kata “secangkir kopi”.
Sekarang tunjukkan dengan jari di bagian kepala
mana Anda mendengarkan kata-kata tadi. Biarkan jari Anda di tempat tadi dan
bukalah mata Anda.
Pelatihan ini menunjukkan daerah-daerah visual
dan auditori Anda. Penglihatan biasanya di tengah-tengah kening, sedangkan
pendengaran biasanya berada di sebelah kiri, daerah telinga. Kepekaan motorik
berada di kepala bagian atas. Pelatihan ini juga menunjukkan bahwa sebagian
orang mampu dengan mudah melakukan visualisasi “secangkir kopi”. Mereka
dikategorikan bergaya belajar visual (visual learner). Sebagian yang lain sangat
mudah memahami dengan mengandalkan pendengaran tentang “secangkir kopi”. Mereka
dikategorikan bergaya belajar auditori (auditory learner). Sedangkan mereka
yang sulit mengidentifikasi lokasi pemahamannya tentang “secangkir kopi”
termasuk pada kategori gaya belajar haptik atau kinestetik (haptic/kinesthetic
learner).
Sekitar 65 persen siswa memiliki kecenderungan
menggunakan gaya belajar visual. Informasi diolah dengan melihat, membaca, dan
memperhatikan gerak tertentu. Siswa yang seperti ini cenderung kurang menyukai
petunjuk secara lisan; dia lebih senang membacanya. Siswa yang bergaya belajar
visual ini mampu “menangkap” ide-ide yang ada dalam pikiran; dia juga mampu
mengingat tempat-tempat menarik yang pernah dikunjunginya. Pembelajar ini
menyukai “melihat” apa yang sedang dialami dan dipelajarinya. Dia suka melihat
seseorang dengan “kunci-kunci” tertentu. Bahkan, untuk mempertegas sesuatu yang
diucapkannya, sering dia menyertainya dengan simbol-simbol, Misalnya, ketika
menyebut angka dua, dia menyertainya dengan menunjukkan dua jari.
Berbeda dengan siswa yang bergaya visual, siswa
yang bergaya auditoris cenderung menjadi pendengar. Cynthia Tobias, penulis The
Way They Learn, menjelaskan bahwa 30 persen masyarakat kita perlu meminta untuk
mengulang petunjuk/perintah, walaupun secara perlahan, agar bisa “mendengar”
informasi yang diterimanya. Kelompok ini bisa belajar dengan baik melalui
berdiskusi, Karena mudah terganggu oleh suara-suara gaduh, mereka menyukai
alunan musik lembut sebagai “teman” belajar. Pembelajar auditoris suka
mendengar sesuatu. Karenanya, pebelajar ini cenderung cepat bosan terhadap
stirnulasi visual. Berikut ini, dikemukakan perbandingan cara berpikir siswa
yang bergaya belajar aditorial dan visual.
Ciri-ciri siswa bergaya belajar Auditorial,
antara lain
- Cara belajar tahap demi tahap
- Mempunyai kelebihan auditoris
- Belajar secara coba dan ralat
- Bersifat analitis
- Perhatian pada rincian
- Bagus dalam aritmatika
- Bisa mengikuti petunjuk lisan
- Bisa mengikuti petunjuk lisan
- Ingatan jangka pendek
- Hidup terorganisasi dengan baik
- Belajar dan model
- Bisa mengerjakan dengan baik tes yang terjadwal dengan ketat
- Bisa belajar terlepas dan emosi
Ciri-ciri siswa bergaya belajar Visual, antara
lain:
- Cara berfikir global
- Mempunyai kelebihan pada visual
- Belajar beberapa konsep secara langsung
- Bersifat sintetis
- Perhatian pada keseluruhan
- Bagus dalam penalaran
- Pandai dalam membaca peta
- Menyukai menulis dengan komputer
- Ingatan jangka panjang
- Menciptakan metode sendiri agar terorganisir
- Mengembangkan model tersendiri
- Bisa mengerjakan dengan baik tes yang tidak terjadwal dengan ketat
- Bisa belajar teriepas dan emosi
Pembelajar bergaya belajar kinestetik mengolah
informasi melalui rabaan gerakan. Sebagian besar anak-anak mengandalkan gaya ini
untuk mengolah informasi. Itulah sebabnya, ketika diajak menonton pameran
lukisan, misalnya anak-anak sulit diajak pindah tempat karena dia ingin melihat
dan merabanya. Mereka cenderung menggunakan gerakan kepala, tangan atau bahasa
tubuh lain dalam berbicara.
=========================
Saya ucapkan terima kasih, karena sangat terbantu dengan tulisan yang Bapak bagikan. Tulisan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme guru serta dapat pula dijadikan referensi dalam penulisan karya ilmiah guru, terutama dalam penulisan Penelitian Tindakan Kelas. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, mudah-mudahan artikel tentang pembelajaran ini menjadi sarana amal kebajikan.
The article is very interesting and useful . Thank you