Pengertian Psikologi Kognitif, Model-model dalam Psikology Kognitif, Cakupan Psikology Kognitif Modern, Teori dan Perkembangan Kognitif |
1. Pengertian Psikologi Kognitif
Pengertian
Psikologi Kognitif adalah kajian psikologi yang menaruh perhatian atas
pertanyaan-pertanyaan yang menunjuk pada cakupan psikologi kognitif,
diantaranya :
a. Bagaimana
kita memperoleh, mentransformasikan, merepresentasikan, menyimpan, dan
mendapatkan kembali suatu pengetahuan/ informasi
b. Bagaimana pengetahuan/ informasi
tersebut merebut perhatian kita
c. Bagaimana kita merespon pengetahuan/
informasi yang kita terima.
Kognisi
merupakan proses internal yang tidak tampak. Pengetahuan(teori-teori/
model-model) yang dikembangkan untuk menjawab pertanyaan tersebut dibangun atas
dasar asumsi-asumsi tertentu.
Tabel l.
Asumsi-asumsi dan Topik-topik dalam Psikologi Kognitif
ASUMSI
|
TOPIK DALAM
PSLKOGNITIF
|
Kemampuan
untuk mendeteksi dan menginterpretasi stimulus penginderaan (sensory).
|
Deteksi
sinyal-sinyal penginderaan dan neuro-science.
|
Kecenderungan
untuk memusatkan pada stimulus penginderaan tertentu dan mengabaikan stimulus
lainnya.
|
Perhatian
(attention).
|
Pengetahuan
yang mendetail tentang karakteristik fisik dari lingkungan.
|
Pengetahuan
(knowledge).
|
Kemampuan
untuk mengabstraksi bagian- bagian dari suatu peristiwa dan mengintegrasikan
bagian-bagian tersebut ke dalam skema yang terstruktur dengan baik, yang
memberikan arti/ makna bagi keseluruhan episode.
|
Pengenalan
pola (pattern recognition)
|
Kemampuan untuk memeras arti (memetik inti
sari) dari tulisan dan katakata.
|
Membaca dan pemrosesan informasi.
|
Kapasitas untuk menyimpan
peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi dan mengintegrasikannya kedalam
rangkaian yang berkesinambungan.
|
Short -term memory.
|
Kemampuan untuk mengimajinasi suatu peta
kognitif (cognitive map).
|
Mental Imagery
|
Memahami kedudukan seseorang/ sesuatu dalam
peran orang/ objek lain.
|
Thinking
|
Kemampuan untuk menggunakan "triktrik
memori" dalam membantu mengingat informasi.
|
Mnemonics dan memori
|
Kecenderungan untuk menyimpan informasi
bahasa ke dalam bentuk Umum.
|
Mengabstraksi ide-ide linguistic
|
Kemampuan untuk memecahkan masalah.
|
Problem solving
|
Kemampuan umum untuk bertindak dengan cara
yang bermakna
|
Human intelligence
|
Menarik kesimpulan bahwa suatu petunjuk/
arahan dapat diterjemahkan secara akurat ke dalam bentuk respon motorik yang
kompleks.
|
Languagel motor behavior
|
Pengetahuan bahwa objek-objek mempunyai
suatu nama khusus
|
Memori semantic
|
Ketidakmampuan menampilkan ingatan secara
sempurna.
|
Lupa dan gangguan memori
|
2. Model-model dalam Psikology Kognitif
Konsep-konsep ilmiah
merupakan metafora yang dihasilkan oleh manusia untuk membantu komprehensi
terhadap realitas. Para ahli psikologi menghasilkan model-model konseptual di
dalam psikologi kognitif dengan tujuan untuk mengembangkan suatu sistem yang
mencerminkan sifat-sifat persepsi manusia, berpikir, dan pemahaman terhadap
dunia sekeliling.
Seperti telah
disebutkan di atas, model-model kognitif dibangun atas dasar asumsi-asumsi.
Asumsi-asumsi tersebut merupakan hasil observasi terhadap prosesproses kognisi
manusia. Asumsi-asumsi yang tertulis dalam tabel di atas diintegrasikan ke
dalam suatu sistem besar, yang disebut model kognitif.Pembuatan model-model
tersebut dapat rnembuat observasi selanjutnya menjadi lebih komprehensif.
Model yang paling
umum digunakan untuk menjelaskan psikologi kognitif adalah model pemrosesan
informasi (information-processing model). Model pemrosesan informasi
telah mendominasi psikologi kognitif, tetapi model-model yang lain, yang
berkembang di dalam ilmu komputer dan neuroscience (ilmu tentang syarafl,
telah dikombinasikan dengan psikologi kognitif, membentuk ilmu kognitif.
a). Informasi diproses melalui tahapan yang
berurutan.
Tahapan-tahapan
tersebut misalnya: persepsi, pengkodean informasi, pemanggilan kembali informasi dari memori
(mengingat), pembentukan konsep, keputusan, dan produksi bahasa). Seluruh
komponen model pemrosesan informasi berhubungan dengan komponen-komponen yang
lain, sehingga tidak mudah untuk mengidentifikasi tahap yang pertama. Namun
demikian kita dapat berpikir bahwa proses tersebut diawali dengan datangnya
stimulus.
Stimulus tersebut
tidak secara langsung direpresentasikan di dalam otak, tetapi ditransformasikan
dalam struktur neurologis dan symbol-simbol yang bermakna, yang oleh beberapa
psikolog kogtiitif disebut Internal Representations (representasi
internal).
b). Tiap-tiap tahap menunjukkan fungsi-fungsi
yang unik.
Tiap-tiap tahap
menerima informasi dari tahap sebelumnya dan kemudian menampilkan fungsi
uniknya.
Dua pertanyaan yang
muncul dari model pemrosesan informasi adalah :
· Tahapan-tahapan
apa yang dilalui oleh informasi yang diproses ?
· Dalam
bentuk apakah suatu pengetahuan direpresentasikan ?
3. Cakupan Psikology Kognitif Modern
Psikologi kognitif
menggunakan riset dan pendekatan-pendekatan teoritis dari wilayah utama
psikologi yang yang mencakup :
·
Persepsi
|
·
Imajeri
|
·
Neuroscience
|
·
Psikologi perkembangan
|
·
Perhatian
|
·
Berpikir dan pembentukan konsep
|
·
Persepsi pola polapola
polapola
|
·
Intelligensi manusia
|
·
Memori
|
·
Intelligensi buatan
|
·
Bahasa
|
4. Asal Mula Psikology Modern
Porsi terbesar
psikologi kognitif adalah berkaitan dengan persoalan bagaimana pengetahuan
direpresentasikan di dalam pikiran. Isu mengenai representasi pengetahuan
(sering juga disebut representasi internal), dalam beberapa abad telah memicu
sejumlah pertanyaan mendasar: bagaimana pengetahuan diperoleh, disimpan,
ditransformasikan, dan digunakan? Apakah sifat-sifat persepsi dan memori itu?
Apakah berpikir itu, dan bagaiman kemampuan tersebut berkembang?
Berikut ini adalah
penelusuran kesan-kesan dari berberpa aliran psikologi dalam menjawab
pertanyaan mengenai bagaimana peristiwa-peristiwa di luar diri seseorang
menimbulkan reaksi internal.
a). Periode Awal
Ketertarikan terhadap
pengetahuan dapat dilacak dari Hiroglip Mesir Kuno. Tulisan tersebut
menunjukkan bahwa penulisnya meyakini pengetahuan berpusat di dalam hati,
merupakan pandangan yang juga disebarkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles (384322
SM). Lain halnya Plato (427-347), ia berpandangan bahwa pikiran berpusat di
otak.
Isu
mengenai representasi pengetahuan ini juga didiskusikan oleh para filsuf Yunani
dengan konteks yang sekarang ini dikenal sebagai struktur dan proses. Namun
kemudian terbengkalai hingga abad 17-an. Meskipun semula para para psikolog
modern masih cenderung berdebat, masing-masing menekankan salah satu, struktur
atau proses, namun akhirnya terdapat peningkatan kesadaran bahwa kedua hal
tersebut saling berpelukan (merupakan sesuatu yang tak terpisahkan).
·
Struktur,
yaitu organisasi system kognitif, sebagian besar bersifat metafora
(pengumpamaan). Struktur yang dipostulatkan (dirumuskan sebagai dalil) ini
merupakan "representatifl' organisasi keberadaan mental, bukan merupakan
suatu yang harafiah seperti yang digambarkan. Misalnya, struktur mengenai
memori oleh para teoris dikonsepkan terdiri dari memori jangka pendek dan
memori jangka panjang, direpresentasikan (digambarkan) dengan metafora
"kotak penyimpanan".
·
Istilah
proses, menunjuk pada system operasi atau fungsi-fungsi kognisi seperti
analisa, transformasi atau perubahan peristiwa-peristiwa mental. Misalnya, hal
lupa, memory coding, perpikir, dll. Proses, bersifat aktif, sedangkan struktur
bersifat pasif.
Struktur
dan proses bekerja bersama-sama dalam pemrosesan informasi.
b). Periode Pertengahan
Para filsuf dan
teolog renaissance nampaknya cukup puas dengan pengetahuan yang berpusat di
otak. Dan bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui panca indera, namun
juga melalui penyelaman.
·
Abad
18
Empiris Inggris
(Berkeley, Hume, James Mill dan anaknya John Steward Mill) mengusulkan bahwa
pengetahuan terdiri dari tiga tahap: (1) penginderaan secara langsung, (2)
mengkopi hasil penginderaan, (3) transformasi dari pengkopian tersebut,
berasosiasi dengan pikiran.
·
Abad
19
Para filsuf bergerak
dari filsafat (yang bersifat spekulatif) ke bentuk disiplin yang berdasar
hasil-hasil empirik (Fechner, Brentano, Helmholtz, Wundt, Muller, Kulpe,
Ebbinghause, Gallon, Titchener, dan James).
Pada akhir
pertengahan abad 19 teori-teori representasi pengetahuan terpisah secara tegas:
1)
Wundt (Jerman) dan Edward Titchener (AS)
menekankan struktur representasi
mental.
2)
Franz Brentano (Austria) menekankan proses representasi mental.
3)
William James (AS): "baik struktur maupun mental sama- sama penting! Tidak
seperti perdebatan para filsuf pada masa-masa awal, dalam periode ini para
tokoh meguji adanya struktur atau proses tersebut secara eksperimental.
c). Awal Abad 20
Psikologi kognitif
yang dikonsepkan pada akhir abad 19 tiba-tiba tenggelam, digantikan dengan
Behaviorisme yang menggunakan kerangka kerja psikologi stimulus-respons (S-R).
Studi-studi mengenai operasi-operasi mental dan struktur internal seperti
perhatian, memori, dan berpikir beristirahat total selama 50 tahun. Bagi para
behavioris, representasi internal merupakan variable pengantara (intervening
variables) yang merupakan konstruk hipotetik yang diasumsikan
mengantarai efek stimulus terhadap respon. Tokoh-tokoh behaviorisme pada masda
itu, Woodworth, Hull, dan Tolman menikmati popularitas yang tinggi.
d). Kemunculan Kembali Psikologi Kognitif
Pada tahun 1950-an,
minat mulai berfokus kembali pada persoalan perhatian, memori, rekognisi pola
imaginasi, organisasi semantic, proses-proses bahasa, berpikir, dan topik-topik
psikologi kognitif lainnya. Jurnal jurnal penelitian dan kelompok kelompok
professional baru menandai bahwa para psikolog mulai beralih kembali kepada
psikologi kognitif. Kemunculan kembali psikologi kognitif ini dipicu oleh:
1). Kegagalan
Behaviorisme.
Behaviorisme gagal
memperhitungkan adanya perbedaan individual. Bagaimanapun juga nampak bahwa
proses mental internal berhubungan erat dengan stimulus dan menentukan
perilaku.
2). Kemunculan
teori-teori komunikasi.
Teori komunikasi
menyumbang eksperimen dalam deteksi sinyal, perhatian, cybernetics, dan teori
informasi yang sangat relevan dengan psikologi kognitif.
3). Linguistik
modern.
Cara pandang yang
baru mengenai bahasa dan struktur gramatikal mempengaruhi sikap terhadap
kognisi.
4). Riset-riset
mengenai memori.
5). Ilmu
komputer dan perkembangan teknologi.
Ilmu komputer,
khususnya sub-divisi Artificial Inteligence (AI) menyebabkan diuji kembali
postulat dasar mengenai pemrosesan dan penyimpanan memori seperti halnya
pemrosesan bahasa dan akuisisi (kemahiran). Penelitiaan-penelitian diperluas
dengan menggunakan alat-alat eksperimen yang baru.
5. Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Kognitif
Pada tahun 1962
Thomas Khun (filsuf, ahli fisika, dan sejarawan dari Universitas Chicago)
menulis buku The Structure of Scientific Revolution. Karena buku ini berisi
pandangan baru mengenai perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, dapat menjadi
cermin akan adanya revolusi dalam sejarah ilmu pengetahuan. Revolusi ilmu
pengetahuan menurut Thomas Khun ditandai oleh pergantian paradigma yang
berhubungan dengan penemuan monumental dan/atau peralihan sejumlah besar
ilmuwan dari metode-metode dan konsep-konsep tradisional.
Peralihan di dalam
psikologi Amerika antara tahun 1950-1960, menunjukkan adanya pergantian
paradigma yang oleh beberapa kalangan disebut sebagai revolusi kognitif. Lebih
tepatnya dapat dikatakan terjadi pada tahun 1956, yaitu saat dilaksanakannya
symposium teori informasi di kampus MIT yang melibatkan pembicara seperti Naom
Chomsky, Jerome Bruner, Allen Newell dan Herbert Simon, serta George Miller. Simposium
tersebut telah memberikan efek pendekatan baru dalam psikologi: menerima
proses-proses mental dan representasi pengetahuan sebagai komponen yang perlu
dan syah (legitimate) untuk memahami psikologi manusia.
Tema utama revolusi
kognitif (kadang-kadang menunjuk pada " teori kotak putih"/ white-box theory)
adalah bahwa proses-pmses internal merupakan pokok bahasan dalam psikologi. Hal
ini berkebalikan dengan behaviorisme (kadang-kadang menunjuk pada " teori
kotak hitam"/ black-box tlreory) yang mengusulkan
bahwa respon-respon atau perilaku merupakan pokok bahasan psikologi yang
sebenarnya.
6. Teori Perkembangan Kognitif
Dikenbangkan oleh
Jean Peaget, seorang psikolog Swis yang hidup tahun 18961980. Teorinya
memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti
kemampuan untuk secara lebih tepat mempresentasikan dunia dan melakukan operasi
logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini
membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya- dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori
nativisme ( yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus
Prize. Piaget meembagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan semakin canggih seiring
pertambahan usia,
a.
Periode
sensorimotor ( usia 0-2 tahun)
b.
Periode
praoperasional (usia 2-7)
c.
Periode
operasional konkrit (usia 7-11)
d.
Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Sumber:
Solso,
Robert, L. 1991. Cognitive Psychology. Singapore: Allyn and Bacon.
7. Pembentukan Pengetahuan Menurut Model Konstruktivis
Pembentukan
pengetahuan menurut model konstruktivisme memandang subjek aktif menciptakan
struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan
struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi
kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur
kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa
harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organism yang
sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui
proses rekonstruksi (Piaget, 1988:60)
Yang terpenting dalam
teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang
harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuan mereka, bukannya guru atao orang lam. Mereka yang harus bertanggung
jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu
dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa(Suparno, 1997: 81).
Belajar lebih
diarahkan pada ezperiental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan
berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sejawat,
yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Karenanya aksentuasi
dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada
pebelajar. Beiajar seperti ini selain berkenaan dengan hasilnya (outcome) juga
memperhatikan prosesnya dalam konteks tertentu. Pengetahuan yang
ditransformasikan diciptakan dan dirumuskan kembali (created and recreated), bukan
sesuatu yang berdiri sendiri. Bentuknya bias objektif maupun subjektif,
berorientasi pada penggunaan fungsi konvergen dan divergen otak manusia
(Semiawan, 2001:6).
Siswa akan menjadi
orang yang kritis menganalisis sesuatu hal karena mereka berpikir bukan meniru.
Konstruktivisme sebagai aliran psikologi kognitif menyatakan manusialah yang
membangun makna terhadap suatu realita. Implikasinya dalam belajar dan
mengajar, bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuhlam upaya dari
pikiran guru ke pikiran siswa. Siswa sendirilah yang aktif secara mental dalam
membangun pengetahuannya (Howe, 1996: 45; Carl bereiter, 1994: 21-22).
Pengetahuan dalam pengertian konstruktivisme tidak dibatasi pada pengetahuan yang logis dan tinggi. Pengetahuan di sini juga dapat mengacu pada pembentukan gagasan, gambaran,gambaran, pandangan akan sesuatu atau gejala sederhana. Dalam konstruktivisme, pengalaman dan lingkungan kadang punya arti lain dengan arti seharihari. Pengalaman tidak harus selalu pengalaman fisis seseorang seperti melihat, merasakan dengan indranya, tetapi dapat pula pengalaman mental yaitu berinteraksi secara pikiran dengan suatu obyek (Suparno, 1977:80). Dalam konstruktivisme kita sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan. Pemerolehan ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, menggali dan menilai sendiri apa yang kita ketahui.(Anonim, 2002:1)
Pengetahuan dalam pengertian konstruktivisme tidak dibatasi pada pengetahuan yang logis dan tinggi. Pengetahuan di sini juga dapat mengacu pada pembentukan gagasan, gambaran,gambaran, pandangan akan sesuatu atau gejala sederhana. Dalam konstruktivisme, pengalaman dan lingkungan kadang punya arti lain dengan arti seharihari. Pengalaman tidak harus selalu pengalaman fisis seseorang seperti melihat, merasakan dengan indranya, tetapi dapat pula pengalaman mental yaitu berinteraksi secara pikiran dengan suatu obyek (Suparno, 1977:80). Dalam konstruktivisme kita sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan. Pemerolehan ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, menggali dan menilai sendiri apa yang kita ketahui.(Anonim, 2002:1)
Proses pembelajaran
yang terjadi menurut pandangan konstruktivisme menekankan pada kualitas dari
keaktifan siswa dalam menginterpretasikan dan membangun pengetahuannya. Setiap
organism menyusun Mengutamakan pengalamannya dengan jalan menciptakan struktur
mental dan menerapkannya dalam pembelajaran. Suatu proses aktif dalam mana
organism atau individu berinteraksi dengan lingkungannya dan mentransformasikannya
ke dalam pikirannya dengan bantuan struktur kognitif yang telah ada dalam
pikirannya (Cobb,1994:15). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan pembelajaran konstruktivis, yaitu:
a). Mengutamakan
pembelajaran yang bersifat nyata dalam
konteks yang relevan.
b). Mengutamakan
proses,
c). Menanamkan
pembelajaran dalam konteks pengalaman social,
d).Pembelajaran
dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman
(Honebein, 1996:5)
Dalam perkembangan
intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur,
isi dan fungsi.
a.
Struktur, Piaget memandang
ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental perkembangan
logis anak-anak. Tindakan(action) menuju pada operasi-operasi dan
operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur.
Operasi memiliki
empat cirri yaitu: (1) operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi. Tidak
ada garis pemisah antara tindakan fisik dan mental, (2) operasi bersifat
reversible, (3) operasi itu selalu tetap walaupun terjadi tranformasi atau
perubahan, (4)tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi berhubungan
dengan struktur atau sekumpulan operasi.
b.
Isi,merupakan pola
perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap
berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
c.
Fungsi, adalah cara yang
digunakan organism untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut Piaget
perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaftasi.
(1) Organisasi memberikan pada arganisme
kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau
psikologis menjadi system-sistem yang teratur dan berhubungan.
(2) Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan
melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
·
Asimilasi adalah proses kognitif
dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru
kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang
sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian
atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan
terus. Asimilasi tidak akan menyebabkanperubahan/pergantian schemata meiainkan
perkembangan schemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan rrtengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian
orang itu berkembang.
·
.Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman
baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
schemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bias jadi sama sekali
tidak cocok dengan skema yang telah ada.Dalam keadaan demikian orang akan
mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untu membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga
cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu keseimbangan
antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak
dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah
ketidakseimabangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka’
terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan
atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses
terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan
setimbang(disequilibriumequilibrium). Tetapi bila terjadi ketidakseimbangan
maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Keberhasilan untuk mengembangkan ranah
kognitif juga akan berdampak positif
terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal
jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya,
karena sifatnya yang terbuka. Namun, disamping kecakapan psikmotor tidak
terlepas dari kecakapan kognitif dan banyak terikat oleh kecakapan afektif.
Banyak contoh yang membuktikan bahwa
kecakapan kognitif berpengaruh besar terhadap perkembangan kecakapan
psikomotor. Para siswa yang berprestasi yang baik ( dalam arti yang luas dan
ideal ) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin
beribadah shalat, puasa, mengaji. Sebab ia merasa member bantuan itu adalah kebajikan ( afektif ), sedangkan perasaan
yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima
dari gurunya ( kognitif ).