MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF |
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif dapat dipahami dari arti kata kooperatif
yang mempunyai arti “bersifat kerja sama” atau “bersedia membantu” (Depdiknas,
2008). Jadi pengertian Pembelajaran
Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang siswa) dengan keang
-gotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras berbeda)
(Arends, 2012). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Oleh karena
itu, Pembelajaran Kooperatif perlu dikembangkan karena pada saat penerapan
Pembelajaran Koo -peratif siswa berlatih berbagai keterampilan kooperatif
(keterampilan sosial) sesuai dengan tuntutan kompetensi pada Kurikulum 2013
yaitu kompetensi sikap sosial, selain kompetensi sikap spiritual, pengetahuan,
dan keterampilan.
Pembelajaran Kooperatif dapat disebut juga sebagai metode atau model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning yakni strategi
pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono,
2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat
bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang
pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran dengan kooperatif
learning dipakai karena untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang arti
pentingnya kerjasama kelompok namun tetap memperhatikan terhadap usaha
individual. Hal ini sesuai dengan sifat dan kodrat manusia sebagai mahkluk
sosial. Selain itu bila dikaitkan dengan profesi dalam bidang teknologi
informasi yang sering bekerja secara kelompok atau tim. Oleh karena itu perlu kiranya dalam pembelajaran
diberikan pemahaman tentang arti pentingnya kerjasama dan sama kerja dalam
kelompok.
Ada 5 prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab
perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, (5) evaluasi proses
kelompok (Lie, 2002). Menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam
struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Struktur Tugas, siswa melakukan kegiatan
secara bersama-sama (kerjasama dan sama kerja). Struktur Tujuan, tiap-tiap
individu ikut andil menyumbang dalam pencapai tujuan. Struktur Hadiah,
keberhasilan individu adalah atas usaha secara bersama-sama.
D. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Menurut Lie (2002) ada Lima unsur Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Berdasarkan hasil penelitian (Slavin, 1995) Pembelajaran Kooperatif mempunyai manfaat antara lain: (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (2) meningkatkan rasa harga diri; (3) memperbaiki sikap terhadap mata pelajaran, guru, dan sekolah; (4) memperbaiki kehadiran; (5) saling emahami adanya perbedaan individu; (6) mengurangi konflik antar pribadi; (7) mengurangi sikap apatis; (8) memperdalam pemahaman; (9) meningkatkan motivasi; (10) meningkatkan hasil bel ajar; dan (11) memperbesar retensi. Selain itu, Woolfolk (2010) menya takan bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan me mandang dunia dari cara pandang orang lain, hubungan lebih baik an tara kelompok etnis yang berbeda di sekolah atau di kelas, rasa percaya diri, penerimaan yang lebih besar terhadap siswa cacat dan berkemam puan rendah. Interaksi dengan teman sebaya yang amat disukai siswa menjadi bagian dari proses belajar. Kebutuhan untuk diterima dalam kelompoknya cenderung lebih dipenuhi.
Adapun kelelihan model pembelajaran kooperatif
adalah
Sedangan kelemahan model pembelajaran kooperatif
adalah diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi, seperti
belajar kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya
diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai kurang kesempatan
untuk mengeluarkan pendapatnya, yang tidak terbiasa dengan
belajar. Selian itu dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, kelompok
yang merasa asing dan sulit untuk bekerja sama.
============================================
============================================
Agar
Pembelajaran Kooperatif terlaksana
dengan baik, siswa harus diberi lem -bar kegiatan (LK), yang dapat berisi
pertanyaan atau tugas yang direnca -nakan untuk diajarkan. Selama kerja
kelompok berlangsung, tugas ang -gota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai
ketuntasan materi.
Pembelajaran Kooperatif
memiliki lima variasi model yang dapat diterapkan, yaitu, yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD), Jigsaw
, Group Investigation , Think Pair Share, Numbered Heads Together (Arends, 2012).
Penjelasan lebih lanjut variasi-variasi model tersebut diuraikan pada bagian
selanjutnya dalam panduan ini.
B.
Landasan Teoritis dan Empirik Model
Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
John Dewey 1916, Democracy and Education.
- Kelas merupakan cermin masyarakat tempat untuk belajar kehidupan nyata.
- Guru menciptakan lingkungan belajar dengan prosedur demokrasi dan ilmiah.
- Memotivasi siswa untuk belajar secara kooperatif.
- Mengembangkan pembelajaran agar siswa belajar secara kelompok.
- Kelas mmerupakan laboratorium untuk mengkaji masalah sosial dan antar pribadi.
Gordon Allport
- Kontak langsung antar etnik.
- Berperan dalam kelompok dalam seting tertentu.
- Setting itu mendapatkan persetujuan antar etnik.
- Melaporkan 45 penelitian tentang pembelajaran kooperatif dan pengaruhnya terhadap hasil belajar.
- Studi ini meliputi semua kelas dan bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika, membaca dan menulis.
- Lokasi penelitian di Israel, Nigeria, Jerman, dan USA.
- Hasilnya 37 di antaranya menunjukkan hasil yang signifikan, 8 tidak ada perbedaan, dan tidak satupun menunjukkan pengaruh yang negatif.
Lundgren 1994
- Memberikan dampak kepada siswa yang berkemampuan kurang.
- Memberikan motivasi kepada siswa yang lain.
Mohamad Nur 1997
- Meningkatkan pencurahan waktu dan tugas.
- Memperbaiki kehadiran.
- Pemerimaan perbedaan individu menjadi lebih besar.
- Perilaku penganggu menjadi lebih kecil.
- Konflik antar pribadi menjadi berkurang.
- Sikap apatis berkurang.
Harmanto 2004 (di Perguruan Tinggi/mahasiswa
program studi PKn)
- Menyenangkan
- Tingkat kelulusan tinggi (98%)
C. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Ada lima prinsip
Pembelajaran Kooperatif, yang diuraikan sebagai berikut.
·
Saling ketergantungan positif, yaitu siswa saling
berkaitan dengan siswa lain dalam kelompoknya untuk mencapai suatu tujuan.
Pencapaian tujuan dicapai melalui upaya bersama berdasarkan prinsip “saya
memerlukan kamu dan kamu memerlukan saya untuk bisa mencapai tujuan”. Siswa
berbagi peran dan tugas, satu sama lain saling bergantung, dan keberhasilan
seseorang akan menentukan keberhasilan siswa lainnya.
·
Akuntabilitas individual, yaitu siswa belajar bersama, tetapi setiap individu dituntut untuk mempertanggungjawabkan
hasil belajarnya. Ini berarti satu upaya dari seorang siswa akan mempengaruhi
upaya siswa lain. Setiap tujuan pembelajaran harus jelas dan dapat dipahami
siswa serta ada keyakinan bahwa siswa akan mampu melakukannya. Ketika siswa
berhasil mencapai tujuan secara berkelompok, siswa juga berhasil secara
individual.
·
Interaksi promotif di antara sesama siswa, yaitu kegiatan kognitif
dan interpersonal siswa secara dinamis terjadi karena setiap siswa mendorong
siswa lainnya untuk belajar. Contoh kegiatan tersebut adalah penjelasan
bagaimana memecahkan masalah, mendiskusikannya, dan menghubungkan pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang baru didapat. Ini terjadi bilamana interaksi
promotif sesama siswa terbangun dan dijadikan komitmen untuk meraih pencapaian
tujuan bersama.
·
Keterampilan kolaboratif adalah keterampilan siswa dalam mendengar
siswa lain, memecahkan konflik, mendukung dan memotivasi siswa lain, mengambil
inisiatif, menunjukkan ekspresi senang manakala siswa lain berhasil, dan mampu
mengkritisi ide gagasan siswa lain (bukan mengkritisi orangnya). Keterampilan seperti
ini perlu ditunjukkan oleh siswa secara kolaboratif. Guru perlu membuat
pernyataan verbal secara jelas, menjadi model, dan mengecek pemahaman siswa
melalui berbagai pertanyaan.
·
Dinamika kelompok merupakan tingkah laku sebagai
bentuk interaksi antar anggota kelompok, pemimpin kelompok, dan antar kelompok satu dengan yang
lain. Kekuatan yang muncul dari dinamika
kelompok adalah membentuk kerjasama yang saling menguntungkan dalam mengatasi
permasalahan hidup, menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan
memiliki peran yang sama dalam masyarakat.D. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Menurut Lie (2002) ada Lima unsur Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
- Saling ketergantungan positif.
- Tanggung jawab perseorangan
- Tatap muka
- Komunikasi antar anggota
- Evaluasi proses kelompok (Lie, 2002).
Sedangkan menurut Lundgren (Sukarmin,
2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative
Learning lebih efektif adalah sebagai berikut :
a)
Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
b) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap
tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri
sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka
semuanya memiliki tujuan yang sama.
d) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi
tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e)
Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akanikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara
mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001:3)
pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a)
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b)
Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari
ras, bangsa, suku,dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok
daripada individu.
E. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif
sangat berbeda dengan jenis pembelajaran yang lain. Pembelajaran ini dikembangkan
untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu (1) hasil belajar
akademik, (2) toleransi dan penerimaan terhadap keragaman, dan (3) pengembangan
keteram pilan sosial.
a. Hasil Belajar Akademik
Beberapa ahli (Slavin, 2009)
berpendapat bahwa Pembelajaran Kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami
konsepkonsep yang sulit. Para pendukung Pembelajaran Kooperatif percaya bahwa
struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas
akademik. Pembelajaran Kooperatif juga dapat mengubah norma yang berhubungan
dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya
tidak menyukai siswasiswa yang ingin menonjol secara akademik. Slavin dan pakar
lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan Pembelajaran
Koo peratif sehingga membuat prestasi tinggi dalam tugastugas akademik lebih
dapat diterima.
Selain mengubah norma yang
berhubungan dengan prestasi akademik, Pembelajaran Kooperatif dapat memberi
keuntungan bagi siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menye lesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tu tor
bagi siswa kelompok bawah. Jadi, mereka yang di kelompok bawah memperoleh
bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orien tasi dan bahasa yang
sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan
akademiknya karena memberi pela yanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih
mendalam tentang hubungan ideide yang terdapat di dalam materi tertentu.
b. Toleransi dan Penerimaan terhadap Keragaman
Tujuan penting kedua dari Pembelajaran Kooperatif adalah
toleran si dan penerimaan yang lebih luas terhadap keragaman siswa, seperti perbedaan
ras, budaya, status sosial, atau kemampuannya. Pembelajaran Kooperatif
memberikan kesempatan kepada siswa dengan latar be lakang dan kondisi yang
beragam untuk bekerja secara interdependen (saling bergantung) pada tugas yang
sama, melalui penggunaan struk tur penghargaan kooperatif, belajar untuk saling
menghargai.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting lain dari
Pembelajaran Kooperatif adalah untuk melatihkan keterampilan sosial atau
keterampilan kooperatif, terutama keterampilan kerjasama. Keterampilan ini amat
penting untuk dimiliki saat hidup bermasyarakat di mana sebagian besar profesi
dilakukan da lam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan
masyarakat yang budayanya semakin beragam. Sementara itu, banyak pemuda dan orang
dewasa kurang memiliki keterampilan sosial yang efektif. Kondisi ini dibuktikan
dengan sering terjadinya pertikaian kecil antara indivi du yang dapat
mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa seringnya orang menyatakan ketidakpuasan
pada saat diminta untuk bekerja da lam situasisituasi kooperatif.
Keterampilan kooperatif
(keterampilan sosial) berfungsi untuk me lancarkan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota
kelom pok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota
kelompok selama kegiatan. Sebagai suatu keterampilan belajar, keterampilan
kooperatif ternyata memiliki tingkattingkat, yaitu tingkat awal, tingkat
menengah, dan tingkat mahir (Lundgren, 1994). Dalam setiap tingkat terdapat
beberapa keterampilan yang perlu dimiliki siswa agar dapat melaksanakan
pembelajaran kooperatif dengan baik.
1) Keterampilan kooperatif tingkat awal
·
Menggunakan kesepakatan
·
Menghargai kontribusi
·
Menggunakan suara pelan
·
Mengambil giliran dan berbagi tugas
·
Berada dalam kelompok
·
Berada dalam tugas
·
Mendorong partisipasi
·
Mengundang orang lain untuk berbicara
·
Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
·
Menyebut nama dan memandang pembicara
·
Menghormati perbedaan individu
2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah
·
Menunjukkan penghargaan dan simpati
·
Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara
yang dapat diterima
·
Mendengarkan dengan aktif
·
Bertanya
·
Mengatur dan mengorganisir
·
Menerima tanggung jawab
·
Tetap tenang/mengurangi ketegangan
3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir
·
Memeriksa dengan cermat
·
Menanyakan kebenaran
·
Menetapkan tujuan
·
Berkompromi
Berdasarkan hasil penelitian (Slavin, 1995) Pembelajaran Kooperatif mempunyai manfaat antara lain: (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; (2) meningkatkan rasa harga diri; (3) memperbaiki sikap terhadap mata pelajaran, guru, dan sekolah; (4) memperbaiki kehadiran; (5) saling emahami adanya perbedaan individu; (6) mengurangi konflik antar pribadi; (7) mengurangi sikap apatis; (8) memperdalam pemahaman; (9) meningkatkan motivasi; (10) meningkatkan hasil bel ajar; dan (11) memperbesar retensi. Selain itu, Woolfolk (2010) menya takan bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan me mandang dunia dari cara pandang orang lain, hubungan lebih baik an tara kelompok etnis yang berbeda di sekolah atau di kelas, rasa percaya diri, penerimaan yang lebih besar terhadap siswa cacat dan berkemam puan rendah. Interaksi dengan teman sebaya yang amat disukai siswa menjadi bagian dari proses belajar. Kebutuhan untuk diterima dalam kelompoknya cenderung lebih dipenuhi.
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
a)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri dan cara
memecahkan masalah,
b)memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan
komunikasi dengan teman sekelompoknya,
c)
membiasakan siswa untuk bersikap terbuka namun tegas,
d)
meningkatkan motivasi belajar siswa,
e)
membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajar. Kare4na langkah-langkah pembelajaran
kooperatif mudah diterapkan di sekolah,
f) mendorong motivasi guru untuk menciptakan
media pengajaran, karena media begitu penting dalam pembelajaran kooperatif.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF |
Selain itu kelemahan lain penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative
Learning yang sering muncu, yaitu:
a)
Jika tidak ada bimbingan dari teman dan guru maka ada kalanya siswa yang selalu
"pasrah".
b)
Jika tidak ada mekanisme yang baik dalam proses akan ada sikap ketergantungan
siswa.
MENCARI PASANGAN MERUPAKAN CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF |
E. Teknik-Teknik dalam Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning
Berikut ini teknik pembelajaran yang dapat
mewakili Model Pembelajaran Kooperatif atau
Cooperative Learning
1. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1)
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang.
2)
Guru menyajikan materi pelajaran.
3)
Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan
kepada anggota kelompok.
4)
Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak
saling membantu.
5)
Pembahasan kuis
6)
Kesimpulan
JIGSAW MERUPAKAN CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING ) |
2. Jigsaw (model tim ahli)
Langkah-langkah:
1)
Siswa dikelompokkan dengan anggota 4 orang
2)
Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3)
Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4)
Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
5)
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6)
Pembahasan
7)
Penutup
3. Group investivigation go a round
Langkah-langkah:
1)
Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa
2)
Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3)
Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang
disepakati.
4.Think pair and share
Langkah-langkah:
1)
Guru menyampaikan inti materi
2)
Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
3)
Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4)
Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap
siswa
5)
kesimpulan
5. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok
untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa
kartu jawaban)
2)
Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3)
Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4)
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5)
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya
6)
Kesimpulan.
6. Mencari Pasangan
1)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik atau reviev materi
(tepat ketika menjelang tes).
2)
Setiap siswa mendapat kartu.
3)
Setiap siswa mencari kartu yang cocok dengan pasangannya. Misalnya
"LIMA" maka pasangannya "PERU". "JAKARTA" --
"INDONESIA" dst.
a)
Setiap siswa mendapatkan satu pasang.
b)
Guru memberikan tugas dan siswa mengerja-kan
tugas dengan pasangannya.
c)
Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan yang lain.
d)
Kedua pasangan tersebut bertukar. Masing-masing pasangan yang baru akan
bertukar informasi.
f)
Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula.
8. Kepala Bernomor
a)
Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b)
Guru memberikan tugas masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban ini.
d)
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerja sama mereka.
a)
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat
b)
Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya untuk bergabung ke kelompok yang lain.
c)
Dua orang yang tinggal mempunyai tugas
untuk memberi informasi kepada tamu.
d)
Tamu akan kembali ke tempat semula untuk melaporkan hasil kunjungannya.
e)
Kelompok akan membahasnya.
10. Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Chips
Talking adalah sebuah
kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara, sedangkan chips
yang berarti kartu. Jadi arti talking chips adalah kartu untuk berbicara.
Sedangkan talking chips dalam pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang
dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing
anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila
mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja. Model
pembelajaran talking chips atau kancing gemerincing merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajar kooperatif
tipe talking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun
1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok
mendapat kesempatan untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan
pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini
adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai
kerja kelompok. Sebagaimana dinyatakan Masitoh dan Laksmi Dewi dalam bukunya Strategi
Pembelajar (2009:244) model pembelajaran talking chips merupakan model pemelajaran
kancing gemerincing yang dikembangkan oleh Spender Kagan (1992).
Dalam
pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah
kartu atau “chips” (biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang
anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu
kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya
sampai semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis,
ia tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelomoknya juga menghabiskan
semua kartu mereka. Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum
selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan
diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).
Langkah penerapan model
pembelajaran kooperatif Tipe Talking Chips:
1) siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 orang perkelompok.
2) kelompoknya para
siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran.
3) Setiap kelompok
diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk siswa berbicara.
4) Setelah siswa
mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya.
5) Proses dilanjutkan
sampai seluruh siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara.
Dalam cara lain, penggunaan
kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian
siswa, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan,
batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut
berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat disebut juga
dengan “kancing gemerincing” (Lie, 2002 : 63).
Adapun
langkah-langkah pembelajaran adalah sbb
1)
Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kancing-kancing.
2)
Setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah
kancing
3)
Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat ide harus
menyerahkan salah satu kancingnya;
4)
Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5)
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh
mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi
prosedurnya kembali (Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009:244)
Terima kasih Anda
telah membaca artikel Model Pembelajaran
Kooperatif atau Cooperative Learning semoga bermanfaat
Tags:
Pembelajaran
Dalam kurikulum 2013 kan hanya diperbolehkan 4 model pembelajaran, lalu bagaimana dengan model pembelajaran kooperatif apakah masih bisa diterapkan?
Model pembelajaran kooperatif boleh digunakan dalam kurikulum 2013, meskipun dalam pelatihan hanya disampaikan model Inquiri, discovery, problem solving, dan proyek. Harus dipahami bahwa apa yang disampikan dalam pelatihan hanya sebagai bahan inspirasi, setiap guru boleh mengembangkannya. Sebagai contoh ketika kita menggunakan discovery, teknik-teknik yang digunakan dalam model pembelajaran kooeratif tetap bisa kita gunakan seperti jigaw, nht ,dll. Yang terpenting dalam K13 kita harus menggunakan pendekatan Saintifik sekalipun tidak mesti procedural.
Terima kasih telah berbagi pengetahuan
Makasih atas infonya, setahu saya apapun pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan pembelajaran kooperatif akan selalu ada di dalamnya.
makasih infonya pak, tapi maaf sebelumnya boleh saya minta sumber bacaannya?
Postingnya sangat bermanfaat terima kasih. http://arenamodel.blogspot.com/
terima kasih
thanks