ainamulyana.blogspot.com Pengertian Model Pembelajaran Berdiferensiasi, Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Berdiferensiasi, Elemen Model Pembelajaran Berdiferensiasi, Tahapan Model Pembelajaran Berdiferensiasi. Apa yang dimaksud Model Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) ? Pengertian Model Pembelajaran Berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya. (Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017).
Dalam pembelajaran
berdiferensiasi, guru harus memahami dan menyadari bahwa tidak ada hanya satu
cara, metode, strategi yang dilakukan dalam mempelajari suatu bahan pelajaran. Guru
perlu menyusun bahan pelajaran, kegiatan-kegiatan, tugas-tugas harian baik yang
dikerjakan di kelas maupun yang di rumah, dan asesmen akhir sesuai dengan
kesiapan peserta didik dalam mempelajari bahan pelajaran tersebut, minat atau
hal apa yang disukai peserta didiknya dalam belajar, dan bagaimana cara
menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan profil belajar peserta
didiknya.
Jadi dalam pembelajaran
berdiferensiasi ada 3 aspek yang bisa dibedakan oleh guru agar peserta didiknya
dapat mengerti bahan pelajaran yang mereka pelajari, yaitu aspek konten yang
mau diajarkan, aspek proses atau kegiatan-kegiatan bermakna yang akan dilakukan
oleh peserta didik di kelas, dan aspek ketiga adalah asesmen berupa pembuatan
produk yang dilakukan di bagian akhir yang dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaran berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual seperti
yang dipakai untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam pembelajaran berdiferensiasi
guru tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu agar ia mengerti
apa yang diajarkan. Peserta didik dapat berada di kelompok besar, kecil atau
secara mandiri dalam belajar. Walaupun banyak tokoh pendidikan
membicarakan hal ini, namun pada tulisan kali ini akan dibahas ide dan hasil
karya dari Carol Tomlinson, seorang penggagas utama dari pembelajaran berdiferensiasi
ini.
Apa saja Prinsip-prinsip
kunci Pembelajaran Berdiferensiasi ? Pembelajaran Berdiferensiasi harus
dibentuk melalui cara berpikir guru yang menganggap setiap anak dapat bertumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Tomlinson and Moon (2013) sebagai tokoh dari pembelajaran berdiferensiasi menyatakan
bahwa ada lima prinsip dasar yang membantu guru dalam menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi ini.
1. Lingkungan Belajar
Lingkungan
belajar yang dimaksud meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas dimana
peserta didik menghabiskan waktunya dalam belajar di sekolah. Iklim belajar
merujuk pada situasi dan kondisi yang dirasakan peserta didik saat belajar,
relasi, dan berinteraksi dengan peserta didik lain maupun gurunya. Di dalam
pembelajaran guru harus memberikan respon kepada peserta didik sesuai dengan
kesiapan, minat, dan profil belajar mereka supaya kebutuhan mereka dalam
belajar terpenuhi. Guru perlu memiliki koneksi dengan peserta didiknya sehingga
ia dapat mengenali profil peserta didik yang diajarnya baik dalam hal kesiapan
mereka dalam menerima pelajaran, minat apa yang dimiliki peserta didiknya untuk
dapat dengan mudah menerima pelajaran, dan bagaimana cara yang tepat untuk
menyampaikan pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing.
Di samping
memiliki relasi dan koneksi dengan peserta didik, guru juga perlu membuat
peserta didiknya menaruh kepercayaan terhadap dirinya. Hattie dalam Tomlinson
(2013) menyatakan bahwa kepercayaan dari peserta didik diperoleh guru dengan
cara:
a.
memberikan respek yang benar terhadap nilai, kemampuan, dan tanggung jawab dari
peserta didik;
b.
memberikan optimisme kepada peserta didik bahwa mereka memiliki kemampuan yang
besar untuk mempelajari materi pelajaran yang diberikan;
c.
aktif dan mendukung peserta didik secara nyata agar mereka dapat sukses.
2. Kurikulum yang
berkualitas
Di
dalam kurikulum yang berkualitas tentu saja harus memiliki tujuan yang jelas
sehingga guru dapat tahu apa yang akan dituju di akhir pembelajaran. Di samping
itu fokus guru dalam mengajar adalah pada pengertian peserta didik, bukan pada
apa materi yang dihafalkan mereka. Yang terpenting adalah pemahaman terhadap materi
pelajaran yang ada di benak peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupannya.
Hal
lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah bagaimana kurikulum yang ada
dapat menantang semua peserta didiknya baik yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata, yang sedang, maupun di bawah rata-rata. Bagi peserta didik yang
berada di atas rata-rata, guru perlu menantang mereka dengan
pemikiran-pemikiran lain yang lebih mendalam tentang materi yang dibahas
sehingga mereka tidak akan jenuh dan bosan dalam mempelajarinya.
Sementara
untuk peserta didik yang berada di bawah rata-rata, guru perlu memikirkan
langkah-langkah konkrit yang perlu dilakukan untuk dapat menolong mereka
selangkah demi selangkah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan dan
mencapai tujuan pembelajaran.
3. Asesmen berkelanjutan
Yang
dimaksud dengan asesmen yang berkelanjutan adalah guru secara terus menerus
melakukan formatif asesmen dalam pembelajaran agar dapat memperbaiki
pengajarannya dan juga mengetahui apakah peserta didik sudah mengerti tentang
materi pelajaran yang dibahas. Jadi asesmen formatif ini tidak diberikan nilai
(angka), melainkan hanya sebagai diagnostik tes atau mengetahui masalah-masalah
apa yang dihadapi peserta didik sehingga sulit mengerti, apa yang belum
dimengerti, dan apa yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik
meningkatkan pengertiannya.
Asesmen
formatif sebagai proses belajar peserta didik juga memberikan kesempatan
monitoring pada peserta didik, untuk terus melihat dan mengevaluasi
perkembangan kompetensinya. Dalam hal ini umpan balik dan refleksi dialogis
antara guru dan peserta didik dapat terus dilakukan sepanjang proses belajar, sehingga
guru dan peserta didik sama-sama mengetahui apa yang sudah peserta didik,
pelajari, pahami dan mampu lakukan.
Asesmen
yang berkelanjutan ini diawali pula dengan menerapkan asesmen diagnostik diawal
pembelajaran. Fungsi dari asesmen awal adalah mengetahui sampai sejauh mana peserta
didik memahami bahan atau materi pelajaran yang akan dibahas. Hal ini dapat
dilakukan misalnya dengan:
a.
meminta peserta didik mengisi lembar KW. Di kolom K (KNOW) guru menanyakan
hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik tentang materi pelajaran yang
akan dibahas. Kemudian dalam kolom W (WANT TO KNOW), peserta didik menuliskan
apa saja yang mereka ingin ketahui dari materi yang akan dibahas saat itu. memberikan
pertanyaan apa yang mereka ketahui tentang materi pelajaran yang akan
diajarkan.
b.
Brainstorming dengan peserta didik sebelum memulai pelajaran untuk menanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Melalui
pertanyaan-pertanyaan tersebut guru dapat mengetahui kesiapan peserta didik
dalam mempelajari materi tersebut.
c.
Memberikan pre tes kepada peserta didik tentang materi yang akan dipelajari
sehingga guru mengetahui kemampuan awal peserta didiknya.
d.
Membuat kontrak belajar dimana masing-masing peserta didik menuliskan apa
sumber bahan yang akan dipakai untuk mempelajari materi pelajaran, bagaimana ia
akan mempelajari materi pelajaran, dan sampai sejauh mana ia mengetahui tentang
bahan atau materi yang akan dipelajari.
Kemudian
selama pembelajaran berlangsung guru memperhatikan bagaimana peserta didiknya
belajar, apakah ada yang perlu dibantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan atau
perlu dijelaskan ulang instruksi dalam tugas yang diberikan. Setelah
pembelajaran berakhir, guru kembali melakukan asesmen, yaitu asesmen akhir. Guru
dapat melakukan dengan berbagai macam cara, misalnya guru memberikan secarik
kertas dan meminta peserta didik menuliskan apa hal baru yang mereka pelajari
hari itu, apa hal penting yang ia pelajari hari itu, apa yang masih kurang
jelas, dan apa yang perlu diulang dalam pelajaran berikutnya. Guru juga dapat
memberikan post test singkat kepada peserta didik tentang pelajaran hari itu
agar ia tahu apakah peserta didik benar-benar menangkap apa yang sudah
dijelaskan atau tidak. Asesmen akhir ini akan sangat membantu guru mengetahui hal-hal
apa saja yang perlu diulang atau dijelaskan kembali, hal -hal apa saja yang
dapat dilakukan untuk menolong peserta didik yang mengalami kesulitan, dan apa
yang tidak perlu diulang atau dijelaskan lagi. Tentu saja asesmen seperti ini
tidak diberi nilai oleh guru karena fungsinya untuk memperbaiki kinerja dan pemahaman
peserta didik tentang materi yang dipelajari.
4. Pengajaran yang responsif
Melalui
asesmen akhir di setiap pelajaran, guru dapat mengetahui apa
kekurangan-kekurangannya dalam membimbing peserta didiknya untuk memahami isi
pelajaran. Oleh karena itu, guru dapat memodifikasi rencana pembelajaran yang
sudah dibuat dengan kondisi dan situasi lapangan saat itu sesuai dengan hasil
dari asesmen akhir yang dilakukan sebelumnya. Karena pengajaran lebih
penting dari kurikulum sekolah sendiri, maka guru harus memberikan responnya
terhadap hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Respon dari guru adalah menyesuaikan
pelajaran berikutnya sesuai dengan kesiapan, minat, dan juga profil belajar
peserta didik yang guru dapatkan melalui asesmen di akhir pelajaran.
5. Kepemimpinan dan
Rutinitas di kelas
Guru
yang baik adalah guru yang dapat mengatur kelasnya dengan baik. Kepemimpinan di
sini diartikan bagaimana guru dapat memimpin peserta didiknya agar dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik dan mematuhi peraturan yang sudah
ditetapkan. Sedangkan rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam
mengelola atau mengatur kelasnya dengan baik melalui prosedur dan rutinitas di
kelas yang dijalankan peserta didik setiap hari sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru
misalnya:
a.
Meletakkan materi dan bahan pelajaran yang dibutuhkan peserta didik dapat
dengan mudah dijangkau.
b.
Memberikan arahan yang jelas dalam setiap tugas yang harus dikerjakan peserta
didik karena tidak semua peserta didik mengerjakan tugas yang sama.
c.
Menjaga agar suara percakapan peserta didik yang sedang berdiskusi dalam kelompok
tidak gaduh.
d.
Menyediakan cara kepada peserta didik bagaimana meminta bantuan guru ketika
guru sedang membantu peserta didik lainnya.
e.
Menjelaskan kepada peserta didik apa yang mereka harus lakukan setelah mereka
selesai mengerjakan tugas yang diberikan.
f.
Mengatur bagaimana peserta didik tahu kapan harus membantu temannya yang
kesulitan dalam pembelajaran.
g.
Memberitahu peserta didik bagaimana meletakkan barang-barang atau materi pelajaran
yang sudah dipakai dengan teratur dan rapi.
Keragaman Peserta didik
Setiap manusia diciptakan
unik dan khusus, tidak ada satu orangpun yang sama persis walaupun mereka
kembar tetapi pasti ada perbedaan di antara mereka. Demikian juga halnya dengan
peserta didik di kelas. Ketika mereka masuk dalam sekolah pastinya mereka bukanlah
selembar kertas putih yang kosong. Di dalam diri setiap anak ada karakteristik
dan potensi yang berbeda satu sama lainnya yang harus diperhatikan oleh guru. Tomlinson
(2013) menjelaskan keragaman peserta didik dipandang dari 3 aspek yang berbeda,
yaitu:
1. Kesiapan
Pengertian
kesiapan di sini adalah sejauhmana kemampuan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru perlu bertanya, apa yang
dibutuhkan oleh peserta didiknya sehingga mereka dapat berhasil dalam pelajarannya.
Kesiapan peserta didik harus berhubungan erat dengan cara pikir guru-guru yaitu
bahwa setiap peserta didik memiliki potensi untuk bertumbuh baik secara fisik,
mental dan kemampuan intelektualnya. Kemudian, guru dapat menanyakan kepada
peserta didiknya apa yang mereka minati
2. Minat
Minat
memiliki peranan yang besar untuk menjadi motivator dalam belajar. Guru dapat
menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka minati, hobby, atau pelajaran
yang disukai oleh peserta didik SD. Tentu saja peserta didik akan mempelajari dengan
tekun hal-hal yang menarik minat mereka masing-masing.
3. Profil Belajar
Profil
belajar peserta didik mengacu pada pendekatan atau bagaimana cara yang paling
disenangi peserta didik agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik. Ada
peserta didik yang senang belajar dalam kelompok besar, ada yang senang berpasangan
atau kelompok kecil atau ada juga yang senang belajar sendiri. Di samping itu
panca indra juga memainkan peranan penting dalam belajar peserta didik. Ada
peserta didik yang dapat belajar lewat pendengaran saja (auditory), ada yang
harus melihat gambar-gambar atau ada yang cukup melihat tulisan-tulisan saja. Namun
ada pula peserta didik yang memahami pelajaran dengan cara bergerak baik
menggerakan hanya sebagian atau seluruh tubuhnya (kinestetik). Ada juga peserta
didik yang hanya dapat mengerti jika ia memegang atau menyentuh benda-benda yang
menjadi materi pelajaran atau yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang
dipelajarinya.
Apa saja Elemen Model Pembelajaran Berdiferensiasi
? Dalam pembelajaran berdiferensiasi 4 aspek yang ada dalam kendali atau kontrol
guru adalah Konten, Proses, Produk, dan Lingkungan serta Iklim Belajar di
kelas. Guru dapat menentukan bagaimana ke - 4 aspek ini akan dilaksanakan di
dalam pembelajaran di kelas. Guru mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk
mengubah konten, proses, produk, dan lingkungan dan iklim belajar di kelasnya
masing-masing sesuai dengan profil peserta didik-siswi yang ada di kelasnya. Penjelasan
ke – 4 aspek ini adalah sebagai berikut:
1. Konten
Yang
dimaksud dengan konten adalah apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau
apa yang akan dipelajari oleh peserta didik di kelas. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi ada 2 cara membuat konten pelajaran berbeda, yaitu
a.
Menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari
oleh peserta didik berdasarkan tingkat kesiapan dan minat peserta didik
b.
Menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau dipelajari itu akan
disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh peserta didik berdasarkan profil
belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Strategi
yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat mendiferensiasi konten yang akan
dipelajari oleh peserta didik adalah:
a.
Menggunakan materi yang bervariasi
b.
Menggunakan Kontrak Belajar
c.
Menyediakan pembelajaran mini
d.
Menyajikan materi dengan berbagai moda pembelajaran
e.
Menyediakan berbagai sistem yang mendukung
2. Proses
Yang
dimaksud dalam proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan peserta
didik di kelas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi
peserta didik sebagai pengalaman belajarnya di kelas, bukan kegiatan yang tidak
berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh peserta didik ini tidak diberi penilaian kuantitatif berupa
angka, melainkan penilaian kualitatif yaitu berupa catatan-catatan umpan balik
mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan apa yang masih kurang dan perlu diperbaiki/ditingkatkan
oleh peserta didik.
Kegiatan
yang dilakukan harus memenuhi kriteria sebagai kegiatan yang:
a.
baik, yaitu kegiatan yang menggunakan keterampilan informasi yang dimiliki
peserta didik.
b.
berbeda dalam hal tingkat kesulitan dan cara pencapaiannya. Kegiatan-kegiatan
yang bermakna yang dilakukan oleh peserta didik di dalam kelas harus dibedakan
juga berdasarkan kesiapan, minat, dan juga profil belajar peserta didik. Strategi-strategi
untuk membedakan kegiatan-kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3. Produk
Biasanya
produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan kemampuan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik setelah menyelesaikan
satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran selama 1
semester. Produk sifatnya sumatif dan perlu diberi nilai. Produk lebih
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman
yang lebih luas dan mendalam dari peserta didik. Oleh karenanya seringkali
produk tidak dapat diselesaikan dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas. Produk
dapat dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Jika produk dikerjakan
secara berkelompok, maka harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan
kontribusi masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk
tersebut.
Berbeda
dengan performance task/assessments yang walaupun merupakan penilaian sumatif
karena mencakup satu unit pelajaran atau satu bab, satu tema, dan perlu dinilai
juga, biasanya asemen ini diselesaikan di kelas dan waktu mengerjakannya juga
tidak se lama produk.
Guru
merancang produk apa yang akan dikerjakan oleh peserta didik sesuai dengan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang harus ditunjukkan oleh mereka.
Guru juga perlu menentukan kriteria penilaian dalam rubrik sehingga peserta
didik tahu apa yang akan dinilai dan bagaimana kualitas yang diharapkan dari
setiap aspek yang harus dipenuhi mereka. Guru juga perlu menjelaskan bagaimana
peserta didik dapat mempresentasikan produknya sehingga peserta didik lain juga
dapat melihat produk yang dibuat. Produk yang akan dikerjakan oleh peserta
didik tentu saja harus berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan, minat, dan
profil belajar peserta didik.
4. Lingkungan belajar
Lingkungan
belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan
fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik
dalam belajar, minat mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki
motivasi yang tinggi dalam belajar.Misalnya guru dapat menyiapkan beberapa
susunan tempat duduk peserta didik yang ditempelkan di papan pengumuman kelas
sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar mereka. Jadi peserta
didik dapat duduk di kelompok besar atau kecil yang berbeda-beda, dapat juga
bekerja secara individual, maupun berpasang-pasangan. Pengelompokkan juga dapat
dibuat berdasarkan minat peserta didik yang sejenis, maupun tingkat kesiapan
yang berbeda-beda maupun yang sama tergantung tujuan pembelajarannya. Pada
dasarnya, guru perlu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik sehingga merasa aman, nyaman, dan tenang dalam
belajar karena kebutuhan mereka terpenuhi.
Bagaimana Tahapan Model Pembelajaran Berdiferensiasi?
Berikut ini gambar singkatan tahapan dalam pelaksanaan Model Pembelajaran
Berdiferensiasi
A. Tahap Persiapan
Sebelum
peserta didik mengikuti pembelajaran, sekolah berusaha menyiapkan peserta didik
dari segi psikis, teknologi dan pembiasaan-pembiasaan yang melatih dan
menumbuhkan karakter peserta didik antara lain:
1.
Penciptaan lingkungan belajar yang positif dan etis, dengan membuat zona dalam
kelas misalnya zona kehadiran, zona emoticon, galeri diri, pojok baca dan
kesepakatan kelas. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saat ini penciptaan lingkungan
belajar yang biasanya didalam kelas dialihkan zona dalam keluarga.
2.
Menyiapkan kemampuan personal dan sosial peserta didik melalui sesi
pembelajaran online dengan mendatangkan guru tamu sebagai narasumber agar
peserta didik memiliki :
a.
kesadaran diri ( self-awareness)
b.
manajemen sendiri (self-management)
c.
kesadaran sosial ( social-awareness)
d.
manajemen sosial (social-management)
3.
Masing-masing mata pelajaran melakukan tes diagnosis berupa soal uraian karena
lebih memperoleh gambaran kompetensi peserta didik secara online menggunakan
aplikasi google formulir untuk melihat kesiapan belajar. Sedangkan untuk
memperoleh data gaya belajar dan minat peserta didik, sekolah mengadakan pembelajaran
online dengan guru yang memahami di bidang tersebut dan selanjutnya peserta
didik diberikan angket melalui google formulir. Dari hasil tersebut digunakan
guru untuk pemetaan peserta didik dan menyiapkan perangkat pembelajaran yang
mengakomodir keberagaman peserta didik. Hasil asesmen diagnostik ini kemudian
menjadi dasar perencanaan kegiatan termasuk rancangan diferensiasi konten,
proses dan produknya.
4.
Menyiapkan teknologi informasi dan komunikasi melalui pembelajaran online dengan
mendatangkan guru tamu agar peserta didik memiliki kemampuan:
a.
tata cara dan penerapan sosial dan etika saat menggunakan elemen teknologi
informasi dan komunikasi (TIK).
b.
menginvestigasi melalui elemen TIK
c.
berkomunikasi menggunakan elemen TIK
d.
mengelola dan mengoperasikan elemen TIK.
5.
Menyiapkan pembelajaran yang berbasis tema dan projek kolaboratif mata
pelajaran, dengan langkah-langkah
a.
Guru di sekolah berkumpul untuk merencanakan projek yang akan dilakukan.
b.
Menentukan tema projek. Menentukan mata pelajaran yang dapat berkolaborasi dan menentukan
KD yang terkait.
B. Tahapan Pelaksanaan
Berdasarkan
langkah-langkah persiapan diatas, proses pembelajaran berbasis projek dan
berdiferensiasi diterapkan dengan memperhatikan keragaman berdasarkan:
1.
Keragaman peserta didik
2.
Tema yang diambil
C. Model Rencana
Pembelajaran dan Asessmen
Rencana
pembelajaran dibut sesui tema yang dilakukan secara kolaboratif antar mata pelajaran
yang terkait misalnya IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Prakarya, Pendidikan Agama, PJOK, PPKn, dan Seni Budaya. Di awal pembelajaran
guru mata pelajaran akan memberikan apersepsi dapat berupa video, pengalaman
personal observasi langsung atau gambar yang terkait tema disetiap mata
pelajaran dengan pendekatan SEL (Social Emotional Learning). Setelah melihat
tayangan tersebut peserta didik diberikan pertanyaan apa yang kalian lihat, apa
yang kalian rasakan dan apa yang kalian pikirkan serta apa yang akan kalian
lakukan setelah melihat tayangan tersebut. Pendekatan SEL ini untuk melatih
kepekaan, empati, dan melatih pola pikir analisis serta meningkatkan kemampuan
literasi dan numerasi peserta didik dalam melihat fenomena. Dalam apersepsi
guru memvariasikan media untuk mengakomodir minat dan gaya belajar peserta
didik.
Dalam
kegiatan inti pembelajaran, guru menyiapkan 3 macam lembar kerja sesuai dengan
kesiapan belajar peserta didik berdasarkan hasil tes diagnosa sebelumnya. Penilaian
yang digunakan lebih banyak menggunakan penilaian formatif karena lebih menggambarkan
kompetensi peserta didik. Jadi tidak menggunakan penilaan harian setiap akhir
KD. Penilaian sumatif seperti Penilaian Tengah Semester (PTS) dan
Penilaian Akhir Semester (PAS) dapat divariasikan dengan kegiatan berbasis
projek atau menggunakan soal. Pada umumnya soal disesuaikan dengan kesiapan
belajar peserta didik. Secara berkala guru akan memberikan tes diagnosa untuk
melihat perkembangan peserta didik, dari hasil tersebut mungkin akan terlihat
beberapa peserta didik yang di awal pembelajaran sebelumnya berada di posisi
level awal setelah dilakukan tes diagnosa mungkin bisa berada di posisi level
menengah atau bahkan level lanjutan. Pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik akan lebih menyenangkan bagi peserta didik karena tidak merasa
terbebani dan guru juga terbantu didalam proses pembelajaran.
Demikian informasi tentang Pengertian Model Pembelajaran
Berdiferensiasi, Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Berdiferensiasi, Elemen Model
Pembelajaran Berdiferensiasi, Tahapan Model Pembelajaran Berdiferensiasi. Semoga
ada manfaatnya. Selamat berinovasi untuk pendidikan yang lebih maju.