>

Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Keterampilan Mengajar

Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Keterampilan Mengajar
Keterampilan Mengajar
A. Pengertian Keterampilan Mengajar
Salah satu kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru adalah kemampuan dalam keterampilan mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Keterampilan mengajar adalah untuk mencapai tujuan pengajaran.


Adapun pengertian keterampilan mengajar guru adalah sebagaimana pendapat Amstrong dkk (1992:33) yaitu kemampuan menspesifikasi tujuan performasi, kemampuan mendiagnosa murid, keterampilan memilih strategi penajaran, kemampuan berinteraksi dengan murid, dan keterampilan menilai efektifitas pengajaran.

Adapun mengajar merupakan proses yang komplek, tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa.karena itu banyak terdapat aneka ragam pengertian mengajar, antara lain:

Menurut M.Ali (1987:12) mengartikan mengajar adalah : “Segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan”.

Sedangkan menurut Nasution (1995:4) memberikan definisi mengajar yang lengkap sebagai berikut:
  1. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada anak.
  2. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada anak.
  3. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan mengajar adalah keterampilan yang berkaitan dengan semua aspek kemampuan guru yang berkaitan erat dengan berbagai tugas guru yang berbentuk keterampilan dalam rangka memberi rangsangan dan motivasi kepada siswa untuk melaksanakan aktuvitas oleh guru adalah ketermpilan untuk membimbing, mengarahkan, membangun siswa dalam belajar guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan secara terpadu.

B. Bentuk-bentuk Keterampilan Mengajar
Seperti yang telah diketahui bahwa mengajar merupakan suatu sistem yang komplek dan integratif dari sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan terhadap seseorang mengajar dikatakan sistem yang komplek karena dalam mengajar guru tidak hanya sekedar memberi informasi secara lisan kepada siswa, akan tetapi dalam mengajar guru harus dapat menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan anak secara aktif belajar, sehingga guru harus melibatkan beberapa komponen dan kompetensi interaksi belajar mengajar.

Untuk lebih jelasnya tentang beberapa konsep keterampilan mengajar, maka berikut ini akan diuraikan dari bentuk-bentuk keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar diantaranya :

1) Keterampilan Bertanya

Memberi pertanyaan kepada siswa merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena metode apapun yang digunakan, tujuan pengajaran apapun yang ingin dicapai, maka bertanya kepada siswa merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Karena pertanyaan yang diajukan kepada siswa pada dasarnya bertujuan agar siswa lebih meningkatkan belajarnya dan berfikir terhadap pokok bahasan yang sedang dipelajari.

Piet A. Sahertian dan Ida Alaeida Sahertian (1992:100) menyimpulkan bahwa keterampilan bertanya adalah keterampilan yang berisi ucapan verbal yang diminta respon dari seseorang yang dikenal.

Sedangkan respon yang dimaksud adalah dapat berupa pengetahuan sampai hasil pertimbangan. Jadi dapat disimpulkan bertanya adalah merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir. Seorang guru yang mengajukan pertanyaan dengan menggunakan keterampilan bertanya secara tepat mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah :
  • Mengbangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
  • Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan.
  • Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang mengahmbat siswa belajar.
  • Mengembangkan cara belajar siswa aktif
  • Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
  • M endorong siswa mengemukakan pandangannya dalam diskusi.
  • Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.

Dalam usaha mencapai tujuan diatas, ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru waktu menggunakan keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut misalnya, kehangatan dan keantusiasan, mengulangi pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, menentukan siswa tertentu untuk menjawab, pertanyaan ganda.

Keterampilan dibedakan atas keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan, keterampilan bertanya dasar perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan, sedangkan keterampilan bertanya lanjutan merupakan lanjutan dari pada keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar berinisiatif sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus dapat membedakan antara keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan, karena keduanya memiliki kaitan dalam menguji siswa terhadap pelajaran-pelajaran yang telah disampaikan dikelas dalam proses belajar mengajar

Menurut Piet A. Sahertian dan Ida Alaeida Sahertian (1992:100) mengemukakan komponen keterampilan bertanya :
a) Keterampilan dasar
  • Pengungkapan pertanyaan jelas dan singkat
  • Pemberian acuan
  • Pemindahan giliran
  • Penyebaran pertanyaan
  • Pemberian waktu berfikir
  • Pemusatan kearah jawaban yang diminta
b) Keterampilan lanjutan
  • Mengubah tuntunan tingkat kognitif pertanyaan
  • Urutan pertanyaan harus ada urutan logis
  • Melacak
  • Keterampilan mendorong adanya interaksi antar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa penguasaan keterampilan bertanya bagi guru sangat penting, karena dengan penggunaan keterampilan bertanya yang efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar diharapkan timbul perubahan sikap pada guru dan siswa, misalnya perubahan pada guru, banyak memberikan informasi, banyak menggunakan interaksi, pada siswa lebih banyak mendengarkan informasi serta menjadi lebih banyak berpartisipasi.

2) Keterampilan memberi penguatan

Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal yang sangat diperlukan, sehingga dengan penghargaan atau pujian itu diharapkan siswa akan terus berusaha berbuat lebih baik.

Soetomo (1993:95) menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pemberian penguatan adalah : ”Suatu respon positif dari guru kepada anak yang telah melakukan suatu perbuatan baik”.

Sebagaimana diketahui bahwa penghargaan yang positif terhadap seseorang akan memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan usahanya. Oleh karena itu penguatan terhadap siswa dan segala aktifitasnya sangat dibutuhkan dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan proses belajar. Memberi penguatan dalam kegiatan mengajar kelihatannya sederhana saja yaitu antara lain dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, kata-kata pujian, senyuman atau anggukan, padahal pemberian penguatan dalam kelas akan mendorong siswa meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan hasil belajarnya.

Menurut Piet A. Sahertian dan Ida Alaeida Sahertian (1992:100) Pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar mempunyai tujuan diantaranya:
  • Meningkatkan perhatian siswa.
  • Memudahkan proses belajar.
  • Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
  • Mengontrol dan mengubah sikap yang mengganggu kearah sikap tingkah laku belajar yang produktif.
  • Mengatur diri sendiri cara berfikir yang baik dan inisiatif pribadi.

Mengingat sangat pentingnya peranan pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar, maka perlulah guru melatih diri secara teratur dan terarah tentang keterampilan memberi penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu difahami dan dikuasai penggunaannya oleh guru agar ia dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis komponen itu adalah sebagai berikut:
a) Penguatan Verbal
Biasanya digunakan atau atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus, bagus sekali, betul, pintar, seratus buat kamu.

b) Penguatan non verbal
  • Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan kepala, senyuman, acungan jempol, wajah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam menantang.
  • Penguatan pendekatan: guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penampilan siswa misalnya guru berdiri disamping siswa, menuju siswa, duduk dengan siswa atau sekelompok siswa.
  • Penguatan dengan sentuhan, guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau berjabat tangan mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan.
  • Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi siswa sebagai penguatan. Misalnya siswa yang menunjukan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara.
  • Penguatan berupa simbol atau benda. Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan sebagai simbol berupa benda kartu bergambar, komentar tertulis pada siswa, bintang plastik, lencana.
  • Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak menyalahkan siswa. Dalam keadaan ini hendaklah guru memberi penguatan tak penuh misalnya : ya, jawaban mu sudah baik tapi masih perlu disempurnakan.

3) Keterampilan mengadakan variasi
Memberi variasi dalam proses belajar mengajar merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan oleh guru, karena semakin banyak guru memberikan variasi dalam proses mengajar maka semakin berhasillah pengajarannya. Sebaliknya guru yang terus menerus mengajar dengan memberikan ceramah dari awal sampai akhir akan menimbulkan kebosanan pada siswa.

Soetomo (1993:100) mengemukakan pemberian variasi dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai perubahan pengajaran dari yang satu kepada yang lain, dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa dapat aktif lagi dan berpartisipasi dalam belajarnya.

Sedangkan menurut piet A. Sahertian dan Ida Alaeida Sahertian (1992:103) menyimpulkan bahwa : menggunakan variasi adalah perubahan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga ada rasa ketekunan, antusiasme, serta berperan secara aktif.

Dari definisi memberi variasi yang dikemukakan oleh kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian variasi itu mempunyai arti suatu kegiatan guru dalam kontek proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam situasi belajar mengajar murid yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, senantisa menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Kebosanan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghilangkan atau setidak-tidaknya mencoba menguranginya. Oleh sebab itu, murid menginginkan adanya variasi dalam proses belajarnya, sehingga belajar itu sendiri lebih menarik dan lebih hidup. Dengan demikian lebih dapat memusatkan perhatian mereka, dan belajar lebih berhasil.

Menurut Soetomo  (1993:95) Pemberian variasi yang tepat dalam proses belajar mengajar akan dapat memberi manfaat bagi  siswa yaitu:
  • Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan
  • Untuk memberikan kesempatan bagi perkembangannya bakat ingin mengetahui menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
  • Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbekal cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
  • Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.

Dengan adanya tujuan tersebut. Seorang guru hendaknya mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar baik itu variasi dalam gaya mengajar, variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
Berikut ini akan diuraikan komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi :
a) Variasi dalam gaya mengajar, mencakup:
  • Variasi suara, keras lemah
  • Pemusatan perhatian siswa
  • Kesenyapan atau kebisuan guru
  • Kontak pandang
  • Gerak bedan dan mimik
  • Perubahan posisi guru


b) Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran, mencakup:
  • Media dan bahan yang dapat didengar misalnya rekaman suara, radio, musik, sosiodrama.
  • Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat misalnya grafik, bagan, poster, diodrama film, slide.
  • Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan misalnya boneka, topeng, pantung.
  • Variasi alat atau bahan yang dapat didengar dan diraba, misalnya televisi, radio, slide proyektor yang diiringi penjelasan baru.
c) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Perubahan interaksi antara kedua kutub tadi akan berakibat pola-pola kegiatan yang dilakukan siswa.

Uzer Usman (1990:85) mengemukakan jenis pola interaksi sebagai berikut :
1) Pola murid guru atau komunikasi sebagai aksi (satu arah)
2) Pola guru-murid-murid (Ada balikan (feed back) bagi guru tidak ada interaksi antara siswa (komunikasi sebagai interaksi)
3) Pola guru-guru-murid (Ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain)
4) Pola guru-murid, murid-guru, murid (Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah)
5) Pola Melingkar (Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila siswa belum mendapat giliran)

Penggunaan variasi pola interaksi dimaksud agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai tujuan. Dengan mengubah pola interaksi ini guru dengan sendirinya mengubah belajar murid, tingkat dominasi guru dan keterlibatan murid, tingkat tuntutan kognitif, serta susunan kelas.

4) Keterampilan Menjelaskan
Kegiatan menjelaskan dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan oleh guru, karena apapun yang disampaikan, apapun jenis sekolah, dan bagaimanapun yang disampaikan, apapun jenis sekolah, dan bagaimanapun tingkat umur siswa, maka kegiatan menjelaskan selalu harus dilaksanakan oleh guru, hanya saja cara penyampaiannya dan kualitasnya yang berbeda-beda melihat semua komponen diatas dan menyesuaikan dengan situasi pada waktu itu.

Uzer Usman (1990:81) mengemukakan yang dimaksudkan dengan keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lain, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan menjelaskan adanya suatu penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang menunjukkan hubungan yang harus dikuasai oleh guru secara efektif dan efisien agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai guru dalam memberikan penjelasan didalam kelas :
  • Untuk membimbing siswa memahami hukum dengan jelas jawaban pertanyaan “mengapa” yang meraka sajikan ataupun yang dikemukakan oleh guru.
  • Menolong siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
  • Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
  • Untuk  mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahan pengertian mereka.
  • Menolong siswa untuk menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan penggunaan bukti dalam menyelasaikan keadaan yang meragukan.

Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksi dengan siswa kelas. Oleh sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid. Dengan demikian seorang guru harus mengetahui komponen keterampilan menjelaskan yaitu :
a) Merencanakan, penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
b) Menyajikan penjelasan. Yang perlu diperhatikan :
  • Kejelasan : Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
  • Penggunaan contoh dan ilustrasi : dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
  • Pemberian tekanan : guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok yang mengurangi informasi yang tidak begitu penting.


Penggunaan balikan : guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan pemahaman, keraguan, atau ketidak mengertian ketika penjelasan itu diberikan.

5) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran
Membuka pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana yang menjadikan siswa siap mental dan menimbulkan perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari sehingga usaha itu akan dapat terpengaruh positif terhadap kegiatan dan hasil belajar siswa.

Dengan kata lain membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan pra kondisi bagi murid agar mental dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

Kegiatan membuka pelajaran semacam ini tidak saja harus dilakukan pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Sehingga murid diharapkan akan dapat terdorong untuk mengikuti materi pelajaran yang akan disampaikan.

Uzer Usman (1990:85) menjelaskan komponen keterampilan membuka pelajaran sebagai berikut :
a) Menarik perhatian siswa, antara lain dengan:
  • Gaya mengajar guru
  • Penggunaan alat bantu pelajaran
  • Pola interaksi yang bervariasi
b) Menumbulkan motivasi dengan cara:
  • Kehangatan dan keantusiasan
  • Menumbulkan rasa ingin tahu
  • Mengemukakan ide yang bertentangan
  • Memperhatikan minat siswa
c) Memberi acuan melalui berbagai usaha :
  • Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
  • Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
  • Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
  • Membuat pertanyaan-pertanyaan
d) Membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.

Dari berbagai hal yang dilakukan diatas dengan tujuan agar anak dapat memusatkan perhatian kepada materi yang akan disampaikan guru dan telah siap untuk menerima materi itu.

Menutup pelajaran
Menutup pelajaran menurut Soetomo (1993:107) adalah “kegiatan guru untuk mengakhiri proses belajar mengajar”.Jadi kegiatan menutup pelajaran tersebut dimaksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dicapai siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan komponen menutup pelajaran guru menurut Uzer Usman (1990:85) adalah :
a) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
b) Mengevaluasi, dengan bentuk antara lain :
  • Mendemontrasikan keterampilan
  • Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
  • Mengeksplorasikan ide baru pada situasi lain
  • Memberikan soal-soal tertulis

Dengan demikian kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak mencakup urutan-urutan kegiatan rutin, seperti menertibkan siswa, mengisi daftar hadir, memberi tugas rumah, sebaiknya yang menjadi pusat perhatian dalam membuka dan menutup pelajaran adalah kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya langsung dengan penyampaian pelajaran. Sedangkan tujuan pokok dari membuka pelajaran adalah untuk menyiapkan mental siswa dan menimbulkan minat serta permusatan perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam proses belajar mengajak, dan menutup pelajaran supaya dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mempelajari pelajaran itu.

6) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok menurut Uzer Usman (1990:86) adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.

Keterampilan Mengajar
Keterampilan Guru Membimbing Diskusi
Kelompok Kecil
Dengan kata lain diskusi kelompok adalah merupakan salah satu strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas. Siswa berdiskusi didalam kelompok-kelompok kecil, dibawah pimpinan guru atau temannya, untuk berbagai informasi dan mengambil suatu keputusan.

Komponen keterampilan membimbing diskusi yang dikemukakan Uzer Usman (1990:87) adalah :
a) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, caranya adalah sebagai berikut :

  • Rumusan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi.
  • Kemukakan masalah-masalah khusus
  • Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
  • Rangkuman hasil pembicaraan dalam diskusi
b) Memperjelas masalah atau urunan pendapat, dengan cara :
  • Menguraikan kembali atau merangkum ulang tersebut hingga menjadi jelas
  • Meminta komentar siswa dan mengajukan pertanyaan
  • Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi
c) Menganalisa pandangan siswa
  • Meneliti apakah alasan tersebut mempunyai dasar yang kuat dan memperjelas hal-hal yang disepakati
d) Meningkatkan urunan siswa
  • Mengajukan pertanyaan, memberikan contoh-contoh
  • Memberikan waktu berfikir dan memberikan dukungan
5) Menutup diskusi
  • Membuat rangkuman hasil diskusi
  • Memberi gambaran tentang tindak lanjut
  • Mengajak siswa untuk menilai proses hasil diskusi

7) Keterampilan Mengelola Kelas
Dalam proses belajar mengajar didalam kelas perlu sekali adanya penciptaan lingkungan yang memungkinkan anak dapat belajar dengan tenang tanpa ada gangguan-gangguan, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan kecil dan sementara maupun yang bersifat gangguan yang berlanjutan.

Dengan kondisi demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengelola kelas adalah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Yang dimaksud kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Menurut Syaiful Bakri Djamarah (1991:112) keterampilan mengelola kelas adalah meliputi :
  • Menunjukkan sikap tanggap; memandang secara seksama gerak mendekati, memberikan pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan kekacauan siswa.
  • Memberikan perhatian, secara visual, secara verbal dan gabungan secara verbal dan visual.
  • Memusatkan perhatian kelompok; menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab.
  • Menegur; tegas dan jelas, jangan kasar, menyakitkan dan menghina, menghindari ejekan dan sebagainya.
  • Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
  • Memberikan penguatan.

8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik yang menandai bentuk pengajaran ini adalah jumlah siswa yang dihadapi oleh guru berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang perseorang. Ini tidak berarti bahwa guru hanya menghadapi satu kelompok atau seorang siswa saja sepanjang waktu belajar. Guru menghadapi banyak siswa yang terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap muka baik secara perseorangan maupun kelompok. Sedangkan hakikat pengajaran ini adalah :
  • Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa
  • Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing
  • Siswa mendapatkan bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhan belajar mengajar

Komponen keterampilan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan menurut Piet Sahertian dan Ida Alaeida Sahertian (1992:105) adalah:
  • Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi menunjukan kehangatan, memberi respon, kesiapan membantu siswa, mendengarkan secara simpati
  • Keterampilan mengorganisasi
  • Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
  • Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu kebutuhan yang esensial bagi setiap guru yang ingin meningkatkan kemampuan profesionalnya. Pengajaran perorangan adalah merupakan satu cara belajar yang dapat memenuhi kebutuhan secara optimal, sekaligus juga memberikan tanggung jawab belajar lebih besar kepada siswa.

C. Faktor-faktor Keterampilan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Pengawasan yang dilakukan terhadap lingkungan itu turut menentukan sejauh mana menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.

Kualitas dan kuantitas belajar siswa didalam proses belajar mengajar tergantung pada banyak faktor antara lain siswa didalam kelas, bahan-bahan pelajaran, perlengkapan belajar, kondisi dan suasana dalam proses belajar mengajar.

Menurut A. Tabrani Rusyan  (1990:82), faktor lain yang penting dalam proses belajar yang harus dilaksanakan oleh guru, meliputi :
  • Perencanaan instruksional
  • Organisasi belajar
  • Menggerakkan peserta didik
  • Pengawasan
  • Penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong. 1992. Supervisi Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta.

M. Ali. 1987. Guru Dalam Proses belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo.

S. Nasution. 1995. Didaktik  Asas-asas Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara.

Piet Sahertian, Ida Alaeida Sahertian. 1992.Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta, Rineka Cipta.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya, Usaha Nasional.

Moh. Uzer Usman. 1990. Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Syaiful Bahri Dajamarah.1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Syrabaya, Usaha Nasional.

A. Tabrani Rusyan dkk. 1990. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Remaja Karya.

Demikian pembahasan tentang Pengertian Keterampilan Mengajar dan Bentuk-Bentuk Keterampilan Mengajar. Semoga ada manfaatnya.




= Baca Juga =



1 Comments

Maaf, Komentar yang disertai Link Aktif akan terhapus oleh sistem

Previous Post Next Post


































Free site counter


































Free site counter